Kardinal Pietro Parolin: Diplomat Senior yang Dijagokan Jadi Paus Baru

Paus Fransiskus. Kuyouid--
Radarlambar.bacakoran.co -Kardinal Pietro Parolin kini semakin disebut-sebut sebagai kandidat kuat pengganti Paus Fransiskus yang baru saja wafat. Dengan pengalaman panjang dan peran strategis yang telah dijalani selama lebih dari satu dekade di pusat pemerintahan Vatikan, Parolin dianggap memiliki kredibilitas dan ketenangan yang diperlukan untuk memimpin Gereja Katolik dalam era baru.
Saat ini, Parolin menjabat sebagai Sekretaris Negara Vatikan, yang merupakan posisi tertinggi kedua setelah Paus, setara dengan peran perdana menteri dalam pemerintahan negara lainnya. Pada usia 70 tahun, ia telah menjadi sosok penting dalam banyak urusan diplomatik Vatikan, mulai dari Amerika Latin hingga Asia, serta terlibat dalam berbagai konflik di Timur Tengah dan kebijakan Vatikan terhadap China.
Sebagai warga negara Italia, Parolin dikenal luas karena sikap tenang dan kemampuan berbahasa yang mumpuni, menjadikannya figur yang disegani oleh kolega di Gereja maupun para pemimpin dunia. Salah satu pencapaian diplomatiknya yang paling menonjol adalah perannya dalam mediasi hubungan antara Amerika Serikat dan Kuba, serta keterlibatannya dalam perjanjian pengangkatan uskup di China yang penuh tantangan.
Di dalam lingkungan Vatikan, Parolin dikenal sebagai sosok yang memahami dengan baik Kuria—struktur administratif yang mengelola operasional Tahta Suci. Karakternya yang tenang serta sikap moderat dalam menghadapi isu-isu sosial membuatnya dianggap mampu melanjutkan kebijakan Paus Fransiskus.
Pemilihan Paus baru, yang akan dilakukan melalui konklaf, dijadwalkan pada 7 Mei 2025, setelah wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April lalu. Meskipun Parolin memiliki profil yang ideal untuk posisi tersebut, beberapa pengamat menyebutkan bahwa popularitas dan posisinya yang tinggi bisa menjadi tantangan, terutama jika ia dianggap terlalu terikat dengan institusi atau terlalu berhati-hati dalam mengungkapkan pandangannya.
Namun, kemampuan Parolin dalam menjembatani perbedaan di tubuh Gereja dan keahliannya dalam diplomasi internasional menjadikannya sosok yang tak bisa diabaikan. Jika terpilih, ia berpotensi untuk melanjutkan warisan Paus Fransiskus dan membawa stabilitas pada masa transisi yang krusial bagi Gereja Katolik di seluruh dunia. (*)