Ilmuwan Indonesia dan Temuannya yang Mengubah Dunia

Foto: RM Sedyatmo. Foto Detik --

Radarlambar.bacakoran.co- Dunia sains tak melulu berpijak pada Barat. Di tengah dinamika global yang penuh tantangan, sejumlah ilmuwan asal Indonesia diam-diam memberikan kontribusi besar yang kini digunakan luas di berbagai negara. Dari infrastruktur hingga teknologi kesehatan, temuan mereka telah menjadi bagian penting dalam kehidupan modern.

Salah satu nama yang tak bisa dilewatkan adalah R.M. Sedyatmo. Lulusan Institut Teknologi Bandung tahun 1934 ini merancang sistem fondasi cakar ayam yang kini menjadi tulang punggung berbagai infrastruktur besar, termasuk landasan pacu Bandara Soekarno-Hatta. Temuan ini tak hanya dipakai di Indonesia, tapi juga diadopsi dalam berbagai proyek konstruksi internasional.

Dalam bidang teknologi komunikasi, Khoirul Anwar menorehkan sejarah dengan gagasan dua kali fast fourier transform (FFT), sebuah konsep fundamental dalam jaringan 4G LTE. Konsep ini kini menjadi standar resmi di bawah badan dunia International Telecommunication Union. Ia bahkan turut menciptakan teknologi deteksi pemancar ilegal, yang memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan 5G di masa depan.

Di ranah energi, nama Yogi Ahmad Erlangga mendapat pengakuan internasional setelah berhasil menyelesaikan persamaan Helmholtz secara cepat menggunakan metode numerik. Terobosannya itu mempercepat pemrosesan data seismik dalam industri perminyakan hingga seratus kali lebih cepat dari sebelumnya, dan telah menarik perhatian perusahaan global seperti Shell.

Randall Hartolaksono juga membawa nama Indonesia ke panggung dunia lewat inovasinya dalam menciptakan bahan anti-panas dan anti-api dari kulit singkong. Bahan yang awalnya berasal dari limbah ini kini digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar, termasuk Ford dan Petronas, membuktikan bahwa inovasi hijau dari Indonesia punya nilai strategis tinggi.

Sementara itu, dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, Muhammad Nurhuda dari Universitas Brawijaya mengembangkan kompor ramah lingkungan dan sistem gasifikasi sampah menjadi energi. Teknologinya tidak hanya efisien, tapi juga menghasilkan emisi yang sangat rendah, bahkan di bawah batas aman yang ditetapkan oleh WHO.

Dari Bali, Tjokorda Raka Sukawati mempersembahkan sistem Sosrobahu, sebuah solusi revolusioner untuk pembangunan jalan layang tanpa menutup arus lalu lintas. Temuan ini tidak hanya diaplikasikan di Jakarta, tetapi juga digunakan dalam pembangunan infrastruktur di Amerika Serikat.

Tak kalah menginspirasi adalah Warsito P. Taruno yang menciptakan alat terapi kanker berbasis medan listrik bernama Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT). Alat ini lahir dari keinginan tulus untuk menyembuhkan sang kakak yang mengidap kanker payudara stadium lanjut. Dari ruang keluarga yang sederhana, lahirlah inovasi medis yang kini membuka harapan baru bagi banyak pasien kanker.

Kisah para ilmuwan ini menjadi bukti bahwa kecerdasan anak bangsa memiliki daya saing global. Di tengah keterbatasan, mereka membuktikan bahwa inovasi dan dedikasi mampu menjangkau dunia. Indonesia tak sekadar menjadi konsumen teknologi, tetapi juga kontributor aktif dalam peradaban ilmu pengetahuan modern.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan