Jarak Strategis: Indonesia Disarankan Berkiblat pada Sikap Netral Singapura

Singapura. -Foto freepik---
Radarlambar.bacakoran.co – Ketegangan antara dua kekuatan ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China, telah memberikan dampak signifikan pada perekonomian global, termasuk bagi negara-negara mitra dagang seperti Indonesia. Perseteruan yang tercermin melalui perang tarif dan pembalasan kebijakan perdagangan, menuntut negara berkembang untuk mengambil posisi yang hati-hati dan strategis.
Dalam menanggapi situasi tersebut, salah satu tokoh senior dalam bidang ekonomi nasional menyoroti pentingnya Indonesia menjaga keseimbangan dalam menjalin hubungan internasional, terutama dengan dua negara adidaya tersebut. Alih-alih berpihak secara eksplisit pada salah satu kubu, Indonesia dinilai lebih bijak bila mengambil posisi netral yang berorientasi pada kepentingan nasional jangka panjang.
Sikap netral ini dapat dicontoh dari Singapura. Negara kecil di kawasan Asia Tenggara itu mampu memposisikan diri secara strategis di tengah persaingan geopolitik global. Meskipun berada di tengah tarik-menarik kekuatan besar, Singapura tetap berhasil menjaga hubungan baik dengan kedua belah pihak, tanpa kehilangan arah atau identitas nasionalnya.
Pendekatan serupa dianggap relevan bagi Indonesia. Dalam konteks ini, menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat dan China perlu dilakukan secara seimbang. Keterlalu dekat dengan salah satu pihak dikhawatirkan dapat memicu ketegangan dengan pihak lain, yang pada akhirnya bisa berdampak pada stabilitas politik dan ekonomi dalam negeri.
Langkah-langkah diplomatik yang pernah dilakukan Indonesia, termasuk respons cepat terhadap kebijakan tarif AS di era Presiden Donald Trump, menjadi contoh nyata upaya menjaga hubungan bilateral yang sehat. Pengiriman delegasi ke Washington DC pada waktu itu dinilai sebagai langkah proaktif dalam meredakan potensi dampak negatif dari kebijakan luar negeri negara adidaya tersebut terhadap ekonomi Indonesia.
Keseluruhan pendekatan ini menegaskan pentingnya strategi diplomatik yang fleksibel namun tegas, agar Indonesia tetap aman dari dampak konflik global dan mampu memperkuat posisi tawarnya di mata dunia internasional. (*/rinto)