Zelensky Geram: Barat Bungkam, Rusia Maju

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. FOTO : nypost--

Radarla,mbar.bacakoran.co -Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meluapkan kemarahan atas sikap diam Amerika Serikat dan negara-negara Barat di tengah klaim terbaru Rusia yang menyebut telah menguasai tiga desa perbatasan. Bagi Zelensky, keheningan itu bukan hanya mengecewakan, tetapi juga memberi ruang bagi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk terus melancarkan agresinya.

Klaim Rusia muncul setelah serangan udara besar-besaran pada Sabtu malam, 24 Mei 2025. Ratusan drone dan rudal menghantam setidaknya 30 kota dan desa di Ukraina. Sedikitnya 12 warga sipil tewas dalam serangan tersebut.

Moskow mengumumkan keberhasilan pasukannya menguasai Desa Stupochky dan Otradne di wilayah timur Donetsk, serta Desa Loknya di wilayah utara Sumy. Mereka menyebut kemajuan ini sebagai bukti kekuatan yang menekan pertahanan Ukraina.

Namun, Kyiv membantah keras klaim tersebut. Pemerintah Ukraina menyatakan pasukannya masih bertahan kuat di wilayah-wilayah itu. Meski belum dapat diverifikasi secara independen, sejumlah sumber militer Ukraina mengakui bahwa pasukan Rusia mulai membangun posisi di desa-desa perbatasan Sumy.

Zelensky menilai diamnya dunia internasional, khususnya Washington, telah memperburuk situasi. Ukraina menuduh Rusia memanfaatkan momentum saat tekanan dari negara-negara Barat mulai mereda, untuk merebut keuntungan wilayah sebanyak mungkin sebelum respons dunia datang.

Sementara itu, Amerika Serikat menghadapi sorotan tajam karena belum mengambil tindakan nyata. Berbeda dengan Inggris yang baru-baru ini menjatuhkan sanksi terhadap armada bayangan Rusia, AS masih dalam tahap menyusun kebijakan tarif super tinggi bagi pembeli minyak dan gas Rusia.

Langkah sanksi ini masih tertahan di meja politik Washington. Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengungkap bahwa pemerintahan saat ini enggan memutus dialog dengan Rusia. Bahkan, Presiden Donald Trump dinilai lebih condong menjaga jalur komunikasi ketimbang menghukum Moskow dengan sanksi lebih keras.

Padahal, Zelensky dan sekutunya memandang setiap serangan sebagai alarm bahwa sanksi baru dan tegas seharusnya sudah dijatuhkan sejak lama.

Dengan pertahanan yang terus tertekan dan dukungan internasional yang mulai meredup, Ukraina kini menghadapi salah satu momen paling genting dalam perang yang telah berlangsung lebih dari dua tahun ini. Di sisi lain, dunia tampak terpecah antara pilihan diplomasi dan tindakan tegas, sementara pertempuran di garis depan tak menunjukkan tanda-tanda mereda. (*)


Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan