Starship Meledak di Samudra Hindia, SpaceX Kembali Gagal Selesaikan Misi Uji Terbang

Peluncuran luar angkasa menggunakan roket berbahan bakar. Foto: REUTERS--

Radarlambar.bacakoran.co- Harapan SpaceX untuk menunjukkan keberhasilan penuh dalam pengujian roket raksasa Starship kembali pupus.

Roket yang digadang-gadang sebagai peluncur terkuat dalam sejarah penerbangan luar angkasa itu meledak di atas Samudra Hindia, Selasa (27/5/2025), setelah melaju cukup jauh dari titik peluncuran di Starbase, Texas, Amerika Serikat.

Meski awalnya sempat mengundang optimisme—karena berhasil terbang lebih jauh dibanding dua uji coba sebelumnya yang berakhir di langit Karibia—tanda-tanda kegagalan mulai tampak ketika pendorong tahap pertama, Super Heavy, meledak sebelum sempat mendarat di Teluk Meksiko sesuai rencana.

Pesawat kemudian mengalami kebocoran dan mulai berputar di luar kendali saat masih melayang di angkasa. Tim teknis sempat membuang bahan bakar guna meredam kekuatan ledakan, namun pesawat tetap tidak dapat mendarat di lokasi target di lepas pantai barat Australia.

Insiden ini menjadi kegagalan kesekian kalinya dalam rangkaian pengujian terintegrasi Starship dengan pendorong Super Heavy. Kendati demikian, SpaceX menyatakan bahwa pendekatan "gagal cepat, belajar cepat" tetap menjadi bagian dari strategi mereka. Dalam pandangan perusahaan, setiap kegagalan merupakan pijakan penting menuju keberhasilan.

Starship sendiri adalah roket setinggi 123 meter yang dirancang sepenuhnya dapat digunakan kembali. Gagasan di balik proyek ini adalah memangkas biaya eksplorasi ruang angkasa secara drastis dan membuka jalan bagi manusia untuk menjadi spesies multiplanet. Impian besar Elon Musk ini juga mendapat dukungan dari NASA, yang menjadikan varian Starship sebagai wahana pendaratan dalam misi Artemis 3 untuk mengembalikan astronot Amerika ke Bulan.

Meski kembali mengalami kegagalan, SpaceX berkomitmen mempercepat jadwal peluncuran. Dalam waktu dekat, mereka menargetkan satu peluncuran setiap tiga hingga empat pekan.

Dorongan ini juga didukung oleh otoritas penerbangan Amerika Serikat yang baru-baru ini mengizinkan peningkatan frekuensi peluncuran Starship dari lima menjadi 25 kali per tahun. Administrasi Penerbangan Federal (FAA) memastikan bahwa intensifikasi jadwal tersebut tidak akan berdampak negatif terhadap lingkungan.

Upaya SpaceX yang tak henti menunjukkan bahwa eksplorasi luar angkasa bukan hanya soal teknologi canggih, melainkan juga soal keberanian menempuh risiko besar demi membuka cakrawala baru bagi peradaban manusia.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan