Kebudayaan Arkipelagis dan Gagasan Yogyakarta Renaisans: Refleksi atas Pemajuan Budaya Nusantara

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno.//Foto:dok/net.--

 

Gagasan Yogyakarta Renaisans yang diperkenalkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X menawarkan pendekatan budaya sebagai landasan utama pembangunan. Yogyakarta diposisikan sebagai pusat kebangkitan nilai-nilai luhur bangsa. Ini bukan hanya mengenai pembangunan fisik atau ekonomi, tetapi menyangkut kebangkitan spiritual, moral, dan karakter bangsa.

 

Sultan melihat kebudayaan bukan hanya sebagai warisan, melainkan juga sebagai cara hidup dan sumber nilai. Konsep ini mendorong keseimbangan antara pelestarian tradisi dan penerimaan terhadap kemajuan modern. Budaya lokal perlu dihidupkan kembali melalui adaptasi kreatif di bidang seni, pendidikan, dan teknologi.

 

Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pendidikan dan kebudayaan. Oleh karena itu, Sultan mengusulkan agar pendidikan di daerah ini berbasis pada kearifan lokal namun tetap bersifat global. Pendidikan harus membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam karakter dan identitas budaya.

 

Dalam konsep ekonomi berbasis kebudayaan, Sultan mendorong pemanfaatan kekayaan budaya sebagai sumber ekonomi berkelanjutan, melalui pengembangan industri kreatif yang berakar pada tradisi lokal.

 

Nilai-nilai gotong royong dan toleransi menjadi fondasi sosial yang harus dijaga dalam masyarakat multikultural. Warisan nilai ini diyakini mampu memperkuat solidaritas di tengah dinamika zaman.

 

Relevansi Konsep Yogyakarta Renaisans Secara Nasional

 

Lebih dari sekadar kebangkitan budaya lokal, Yogyakarta Renaisans menawarkan model pembangunan budaya nasional. Gagasan ini menekankan pentingnya menyeimbangkan dimensi spiritual, budaya, dan ekonomi dalam pembangunan.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan