Kebudayaan Arkipelagis dan Gagasan Yogyakarta Renaisans: Refleksi atas Pemajuan Budaya Nusantara

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno.//Foto:dok/net.--
Radarlambar.bacakoran.co-Istilah “arkipelagis” tidak hanya menggambarkan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan, tetapi juga mencerminkan dinamika serta kekayaan budaya yang saling berinteraksi. Keberagaman budaya di Nusantara menjadi warisan penting yang turut membentuk identitas bangsa. Dalam kerangka ini, penting untuk memahami kebudayaan arkipelagis sebagai bagian dari teori kebudayaan global, sekaligus merefleksikan pemikiran tokoh seperti Hilmar Farid terkait pemajuan kebudayaan.
Pemikiran Hilmar Farid tentang Kebudayaan Arkipelagis
Sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan Indonesia, Hilmar Farid memandang kebudayaan sebagai pusat pembangunan bangsa. Ia menggarisbawahi bahwa budaya Indonesia bersifat dinamis dan partisipatif. Bagi Hilmar, pemajuan kebudayaan tidak hanya berfokus pada pelestarian semata, tetapi juga menciptakan ruang dialog untuk menjawab berbagai persoalan sosial seperti keberagaman, kesenjangan, hingga tantangan globalisasi.
Konsep arkipelagis yang melibatkan interaksi antarwilayah menjadi kunci dalam pembentukan kebudayaan lokal yang unik. Pemikiran ini selaras dengan pandangan Claude Lévi-Strauss yang melihat kebudayaan sebagai hasil adaptasi manusia terhadap lingkungan sosial dan geografisnya.
Perspektif Global dan Teoretis
Sejumlah pemikir dunia turut memperkuat pentingnya memaknai kebudayaan arkipelagis dalam konteks global. Arysio Santos, misalnya, berhipotesis bahwa wilayah Indonesia mungkin merupakan bagian dari peradaban Atlantis, dengan menyoroti kekayaan budaya dan sejarahnya sebagai pusat interaksi budaya dunia. Ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya pewaris budaya lokal, tetapi juga bagian dari peradaban global.
Dalam pandangan Oswald Spengler, kejayaan dan kemunduran peradaban bergantung pada kemampuan masyarakatnya menjaga identitas budaya. Kebudayaan arkipelagis, bila dijalankan dengan bijak dan tetap terbuka terhadap kemerdekaan berekspresi, dapat menjadi titik tolak kebangkitan peradaban.