Kilang LNG Tangguh Sumbang Sepertiga Produksi Gas Nasional

KILANG ; LNG Tangguh yang dioperasikan oleh BP Berau Ltd, di Teluk Bintuni, Papua Barat. -Foto Kementerian ESDM-
Radarlambarbacakoran.co – Kilang Gas Alam Cair (LNG) Tangguh yang berada di Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat mencatat kontribusi besar dalam produksi gas nasional dimana sepertiga dari total produksi gas di Indonesia berasal dari kilang raksasa yang dioperasikan oleh BP Berau Ltd perusahaan migas asal Inggris. Peran strategis kilang ini turut memperkuat upaya pemerintah dalam menjaga ketahanan energi nasional serta mendukung program hilirisasi industri.
Keberadaan Kilang LNG Tangguh bukan sekadar penghasil gas dalam jumlah besar, tetapi juga menjadi tulang punggung dalam penyediaan LNG untuk kebutuhan dalam negeri. Pemerintah pusat pun menjadikan proyek ini sebagai salah satu prioritas dalam mewujudkan swasembada energi, seiring dengan target peningkatan lifting gas dan stabilitas pasokan jangka panjang.
Dalam operasionalnya, kilang ini telah mengoperasikan tiga unit pengolahan (train) LNG, dengan total kapasitas produksi mencapai 11,4 juta ton per tahun (mtpa). Masing-masing unit memiliki kapasitas sebesar 3,8 juta ton per tahun, menjadikannya salah satu fasilitas gas terbesar di Asia Tenggara. Sejak pertama kali beroperasi pada 2009, kilang ini telah mengirimkan lebih dari 1.800 kargo LNG ke berbagai negara di kawasan Asia, termasuk untuk kebutuhan domestik.
Khusus dari Train 3, sekitar 75 persen produksinya dialokasikan untuk mendukung kebutuhan energi PT PLN (Persero), terutama dalam mendukung pembangkitan listrik berbasis gas. Hingga pertengahan 2025, pasokan LNG untuk dalam negeri tercatat telah mencapai 15 kargo, dan proyeksi pasokan untuk sisa tahun ini masih akan bertambah signifikan.
Mekanisme pengalokasian LNG dari Kilang Tangguh juga dilakukan secara fleksibel sesuai kontrak. Hal ini memungkinkan penyesuaian pasokan berdasarkan permintaan aktual dari pihak pembeli, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Proses distribusi LNG dari kilang ini pun dilakukan tanpa mengganggu komitmen ekspor yang telah disepakati sebelumnya.
Dengan kemampuan produksi yang besar dan dukungan infrastruktur memadai, Kilang LNG Tangguh dipandang sebagai aset strategis yang menopang kestabilan energi nasional. Pemerintah terus memastikan agar proyek ini berjalan optimal dan terintegrasi dengan program hilirisasi gas, agar hasil produksi tidak hanya diekspor tetapi juga memberi nilai tambah di dalam negeri.
Seiring dengan tingginya kebutuhan energi nasional dan global, keberadaan Kilang LNG Tangguh diyakini akan memainkan peran penting dalam mendukung target transisi energi Indonesia. Selain itu, proyek ini turut membuka peluang investasi dan pengembangan ekonomi daerah di wilayah Papua Barat, terutama di sektor energi dan infrastruktur penunjang. (*/rinto)