NASA Terpuruk, Anggaran Dipangkas Besar-besaran oleh Pemerintahan Trump

Foto-Net--
Radarlambar.bacakoran.co – Masa depan Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, berada di ujung tanduk setelah pemerintahan Presiden Donald Trump memangkas secara drastis anggaran lembaga tersebut.
Pemotongan ini mencapai hampir 50% untuk program-program sains dan 24% dari total anggaran keseluruhan, menciptakan ketidakpastian serius terhadap keberlanjutan eksplorasi luar angkasa oleh Amerika Serikat.
Langkah penghematan yang dilakukan tanpa konsultasi mendalam dengan pihak internal NASA ini dinilai membahayakan posisi strategis AS dalam bidang antariksa. Proyek-proyek besar seperti misi kembali ke Bulan melalui program Artemis dan pengembangan misi berawak ke Mars kini menghadapi tantangan pendanaan yang berat.
Pemotongan ini datang beriringan dengan keputusan kontroversial Trump untuk menarik pencalonan Jared Isaacman sebagai administrator NASA, hanya beberapa hari sebelum konfirmasi Senat. Isaacman dikenal sebagai pengusaha dan antusias luar angkasa yang telah mengikuti dua misi penerbangan antariksa swasta.
Menurut Casey Dreier, kepala kebijakan luar angkasa di Planetary Society, langkah ini membuat NASA berada dalam posisi lemah secara kelembagaan. “NASA tidak punya daya tawar politik untuk memperjuangkan eksistensinya di tengah kebijakan pemerintah yang tidak berpihak,” ujar Dreier, seperti dikutip dari Los Angeles Times.
Konflik dengan Elon Musk dan Implikasi Strategis
Kondisi internal NASA semakin rumit dengan memburuknya hubungan Trump dan Elon Musk, pendiri SpaceX—perusahaan yang selama ini menjadi mitra utama NASA dalam peluncuran roket dan kontrak strategis lainnya.
Di tengah tingginya inflasi dan tekanan fiskal, NASA kini beroperasi dengan anggaran terkecil sejak era Project Mercury di awal 1960-an. Meski Trump berulang kali menyatakan ambisi untuk memimpin luar angkasa, kebijakannya justru kontradiktif.
"Amerika Serikat harus selalu menjadi yang pertama di luar angkasa. Kita tidak boleh dikalahkan oleh China atau Rusia," kata Trump pada masa jabatannya yang pertama. Namun, pada praktiknya, banyak program strategis NASA yang justru dihentikan.
Fokus Praktis, Sains Terpinggirkan
Anggaran yang tersisa kini lebih diarahkan ke proyek-proyek dengan nilai ekonomis langsung, seperti transmisi data cuaca dari satelit, yang dianggap penting oleh sektor pertanian. Namun, penelitian tentang perubahan iklim, astrofisika, dan studi tentang struktur dan dinamika bumi justru terkena pemangkasan signifikan. Setidaknya 19 proyek sains terancam dibatalkan.
Lebih jauh lagi, pengurangan ini berdampak pada regenerasi ilmuwan. Para peneliti muda dan profesional sains yang telah menempuh pendidikan selama satu hingga dua dekade, menghadapi realitas pahit minimnya peluang untuk berkontribusi dalam proyek-proyek luar angkasa.
Siapa Dalang di Balik Pemangkasan?
Pertanyaan besar muncul: siapa sebenarnya arsitek di balik pemangkasan anggaran ini? Banyak pihak menunjuk Russell Vought, mantan direktur Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih, yang dikenal sebagai penulis utama Project 2025—sebuah cetak biru kebijakan konservatif untuk pemerintahan Trump.
Dalam dokumen tahun 2022 yang diterbitkan melalui lembaga think tank konservatif Center for Renewing America, Vought mengusulkan pemotongan hingga 50% untuk program sains NASA yang ia sebut sebagai "salah arah", khususnya yang berkaitan dengan perubahan iklim.
Kini, pemotongan anggaran yang nyata diterapkan oleh pemerintahan Trump sangat mencerminkan isi dokumen tersebut, meskipun Gedung Putih hingga kini belum memberikan tanggapan resmi terhadap isu ini.
NASA di Persimpangan Sejarah
Menurut kolumnis Michael Hiltzik dari Los Angeles Times, dampak kebijakan ini bersifat struktural dan dapat menyebabkan NASA kehilangan daya saing untuk jangka panjang. Kekosongan yang ditinggalkan oleh Amerika bisa dengan cepat diisi oleh negara lain, terutama China, yang secara agresif memperluas program luar angkasanya.
Jika tren ini berlanjut, dominasi AS dalam eksplorasi luar angkasa bisa menjadi kenangan sejarah, dan kepemimpinan teknologi yang selama ini diasosiasikan dengan NASA akan tergantikan oleh kekuatan baru di Timur.(*)