Fadli Zon Minta Publik Dewasa Maknai Tragedi 1998: “Empati Tak Harus Emosional”

Mendikbud RI Fadli Zon. Foto/Net --

Radarla,mbar.bacakoran.co -– Menteri Kebudayaan Fadli Zon meminta masyarakat bersikap dewasa dalam menyikapi sejarah kelam bangsa, khususnya tragedi pelanggaran HAM dan pemerkosaan yang terjadi pada Mei 1998.

Fadli menegaskan, luka sejarah harus dihormati, namun tidak ditafsirkan secara emosional semata. “Sejarah bukan hanya soal emosi. Tapi tentang kejujuran terhadap data dan fakta,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (17/6).

Pernyataan ini muncul setelah kontroversi menyusul komentarnya soal penggunaan istilah "pemerkosaan massal" dalam tragedi 1998. Fadli menegaskan, dirinya tidak menihilkan penderitaan korban kekerasan seksual, namun mengajak publik berhati-hati dalam penggunaan istilah agar tidak menyesatkan pencarian keadilan.

“Empati tidak harus emosional. Itu juga berarti memastikan setiap peristiwa dipahami secara proporsional,” tambahnya. Ia menyebut, negara tetap berkewajiban menghormati korban dan mendukung lembaga seperti Komnas Perempuan serta mekanisme keadilan transisional.

Fadli mengklaim bahwa berdasarkan laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) 1998, memang ada kasus kekerasan seksual, namun belum cukup data untuk menyebutnya sebagai ‘massal’ dalam kerangka hukum internasional.

“Ini isu sensitif, maka penggunaan istilah harus akurat. Jangan sampai simplifikasi sejarah justru memperkeruh penegakan keadilan,” ujarnya.

Menko PMK Pratikno juga angkat bicara. Ia menyatakan bahwa Fadli tidak membantah adanya kekerasan seksual, melainkan mempertanyakan terminologi "massal" yang dinilai masih jadi perdebatan akademik.

“Fokusnya bukan pada ada atau tidaknya peristiwa, tapi pada istilah yang digunakan. Ini yang harus dibedakan agar publik tidak salah paham,” ujar Pratikno.

Isu kekerasan seksual pada tragedi 1998 hingga kini masih menyisakan luka bagi para penyintas, sekaligus menjadi pekerjaan rumah besar dalam penegakan HAM di Indonesia. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan