Harga Kakao dan Kopi Anjlok

Harga Kakao Kopi turun. Foto Ilustrasi--

BALIKBUKIT - Seiring datangnya musim panen raya, dua komoditas andalan perkebunan di Lampung Barat kopi dan kakao mengalami penurunan harga di tingkat petani. 

Berdasarkan data terbaru dari Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Kabupaten Lampung Barat, harga kopi dan kakao masing-masing turun antara Rp3.000 hingga Rp4.000 per kilogram.

Penurunan harga ini dinilai sebagai dampak dari melimpahnya pasokan hasil panen, serta bertepatan dengan meningkatnya kebutuhan rumah tangga menjelang tahun ajaran baru.

“Untuk kopi biji kering yang sebelumnya dihargai Rp52.000 per kilogram, kini turun menjadi Rp48.000. Sementara itu, harga kakao kering juga turun dari Rp93.000 menjadi Rp90.000 per kilogram,” jelas Analis Pasar Hasil Pertanian Disbunnak, Ulian Hamdi, S.E., mendampingi Kepala Disbunnak, Yudha Setiawan, S.I.P., Selasa (24/6/2025).

Meski harga kopi dan kakao turun, tidak semua komoditas mengalami hal serupa. Harga gula aren dan lada biji kering masih terpantau stabil. Gula merah dari pohon aren tetap di kisaran Rp23.000 per kilogram, dan lada biji kering bertahan pada harga Rp80.000 per kilogram.

Menurut Ulian, stabilnya harga dua komoditas ini lebih disebabkan oleh permintaan pasar yang tetap konsisten serta volume produksi yang tidak sebesar kopi dan kakao saat musim panen.

Penurunan harga ini, menurut Ulian, bukan disebabkan oleh penurunan permintaan, melainkan lebih karena masuknya masa panen besar yang menyebabkan stok di tingkat petani dan pengepul membeludak.

“Stok kopi dan kakao meningkat karena petani memasuki masa panen. Selain itu, kebutuhan biaya rumah tangga seperti keperluan masuk sekolah membuat sebagian petani cenderung menjual hasil panennya lebih cepat, meski harga sedang turun,” kata Ulian.

Meskipun harga mengalami penurunan, Disbunnak mengajak para petani untuk tidak berkecil hati. Sebaliknya, mereka didorong untuk terus menjaga kualitas panen agar tetap kompetitif di pasar lokal maupun nasional. Salah satu strategi utama adalah meningkatkan mutu hasil panen dan praktik pascapanen yang benar.

Ulian menekankan pentingnya metode “petik merah” pada panen kopi, yakni hanya memetik buah kopi yang telah matang sempurna. Selain itu, kadar air biji kopi harus dijaga sesuai standar, serta proses penjemuran tidak boleh dilakukan langsung di tanah.

“Gunakan terpal atau alas bersih untuk menjemur kopi, agar tidak terkontaminasi. Kualitas hasil panen akan sangat memengaruhi harga. Jika petani mampu mempertahankan mutu, harga bisa kembali naik seiring meningkatnya permintaan,” tegasnya.

Tak hanya untuk kopi, kualitas hasil panen kakao, lada, dan aren juga diingatkan untuk terus diperhatikan. Pasar saat ini semakin selektif, dan hanya produk berkualitas tinggi yang akan dilirik pembeli, terutama dari luar daerah atau ekspor.

Disbunnak Lampung Barat berkomitmen untuk terus melakukan pendampingan dan edukasi kepada petani agar mereka bisa mengelola hasil perkebunan secara profesional dan berkelanjutan. Selain pengawasan harga, dinas juga terus memantau kondisi cuaca dan hama penyakit yang bisa memengaruhi hasil panen.

“Kami berharap tren harga ke depan kembali naik, karena ini menyangkut kesejahteraan petani. Namun tentu saja, kualitas adalah kunci utama,” tutup Ulian. (lusiana)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan