Festival “Saba Budaya Sai Bumi” Meriah, Mahasiswa Diharap Terus Berkontribusi

Festival Budaya “Saba Budaya Sai Bumi”,YANG digelar mahasiswa KKN-PPM UGM di amphitheater Pasar Tematik Jelajah Danau Ranau, Pekon Lombok, Kecamatan Lumbokseminung berlangsung meriah. foto Dok--
LUMBOKSEMINUNG– Suasana kawasan amphitheater Pasar Tematik Jelajah Danau Ranau, Pekon Lombok, Kecamatan Lumbokseminung, Kabupaten Lampung Barat, berubah menjadi panggung budaya yang semarak pada Sabtu malam, 2 Agustus 2025.
Ratusan pengunjung berkumpul untuk menyaksikan pergelaran Festival Budaya “Saba Budaya Sai Bumi”, sebuah momen istimewa yang sekaligus menjadi malam puncak penutupan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) di kecamatan tersebut.
Festival ini menjadi penanda penting dalam kolaborasi antara mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah daerah. Tak sekadar menjadi ajang hiburan, pergelaran budaya ini tampil sebagai ruang dialektika antara warisan budaya Lampung dan semangat inovasi generasi muda.
Camat Lumbokseminung, Ruspel Gultom, S.H., M.M., menyampaikan apresiasi tinggi terhadap pelaksanaan KKN UGM di wilayahnya. Ia menilai kehadiran mahasiswa tidak hanya memberi dampak edukatif, tetapi juga mendorong munculnya gagasan-gagasan kreatif yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
“Festival ini bukan hanya pesta budaya, tapi puncak dari proses panjang interaksi mahasiswa dengan masyarakat. Terima kasih atas terpilihnya Kecamatan Lumbokseminung sebagai lokasi KKN, dan atas kontribusi mahasiswa melalui program-program edukasi serta inovasi yang dibawa,” ujar Ruspel.
Sementara itu, Asisten III Bidang Administrasi Umum Pemerintah Kabupaten Lampung Barat, Drs. Ismet Inoni, M.M., menegaskan salah satu poin penting dalam Festival “Saba Budaya Sai Bumi” adalah keberadaan mahasiswa KKN-PPM UGM yang tak hanya berperan sebagai panitia kegiatan, tetapi juga sebagai katalisator berbagai inisiatif pembangunan berbasis potensi lokal.
Ismet menyebut bahwa bebrgaai program yang dilaksanakan mahasiswa KKN UGM merupakan bagian dari hasil nyata kemitraan antara Pemkab Lampung Barat dan UGM yang dibangun melalui Nota Kesepahaman (MoU). Tahun 2025 menjadi pelaksanaan kedua dari kerja sama ini, dan dinilai semakin matang secara eksekusi maupun dampak.
“Kegiatan ini adalah buah dari kerja sama yang sudah berjalan. Kami melihat langsung bagaimana mahasiswa KKN UGM berbaur, belajar, dan memberi kontribusi. Karena itu, kami menyampaikan terima kasih dan harapan besar agar kerja sama ini terus diperkuat ke depan,” ujar Ismet di panggung utama Festival, Sabtu malam.
Menurut Ismet, mahasiswa bukan hanya membawa program kerja kampus, tapi juga menjadi jembatan promosi daerah yang efektif. Ia menyoroti bahwa kehadiran mahasiswa di Kecamatan Lumbokseminung telah banyak membantu dalam memperkenalkan potensi wisata, budaya, dan ekonomi lokal, termasuk mendukung pengembangan Pasar Tematik Jelajah Danau Ranau yang kini mulai menarik perhatian publik.
“Pasar tematik ini adalah inovasi baru yang sedang kami dorong menjadi ikon wisata edukatif dan budaya. Kehadiran mahasiswa sangat membantu dalam memperkuat narasi dan daya tariknya, baik melalui dokumentasi, pengemasan konten, hingga promosi digital,” kata Ismet.
Lebih dari itu, Ismet juga menyatakan bahwa Lampung Barat masih sangat membutuhkan partisipasi aktif mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, termasuk UGM, untuk memperkaya proses pembangunan daerah. Ia meyakini bahwa ide-ide segar dan pendekatan yang adaptif dari kalangan akademik dapat menjadi solusi untuk memperkuat sektor-sektor strategis di desa.
“Kami percaya bahwa pembangunan daerah tidak bisa hanya bersandar pada infrastruktur fisik. Diperlukan sumber daya manusia yang peduli, dan mahasiswa adalah mitra penting kami dalam hal ini. Mereka membawa semangat, pendekatan baru, dan koneksi ke jejaring lebih luas,” ujarnya.
Diketahui, Festival ini digagas oleh mahasiswa KKN-PPM UGM yang tengah melaksanakan pengabdian di Kecamatan Lumbok Seminung, bekerja sama dengan masyarakat setempat dan didukung pemerintah daerah. Kegiatan ini tak sekadar perayaan budaya, melainkan juga bentuk nyata keberpihakan pada pelestarian identitas lokal dan penguatan ekonomi masyarakat.
“Saba Budaya Sai Bumi” secara harfiah berarti “Mengunjungi Budaya Negeri Lampung”, dan diangkat sebagai tema utama yang mencerminkan ajakan untuk mengenal, mencintai, dan melestarikan budaya Sai Bumi Rua Jurai.