Macron Kecam Keras Video Sandera Hamas Perancis Tetap Dukung Negara Palestina Tanpa Hamas

Presiden Prancis Emmanuel Macron . foto/net--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam keras video terbaru yang dirilis oleh Hamas, yang memperlihatkan kondisi memprihatinkan dua sandera asal Israel, Rom Braslavski dan Evyatar David. Kedua pria muda itu telah ditawan sejak serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, yang menjadi titik awal meletusnya konflik bersenjata antara kedua pihak.
Dalam rekaman video yang dirilis Hamas, kedua sandera tampak dalam kondisi sangat lemah dan kekurangan gizi. Salah satu adegan bahkan memperlihatkan Evyatar David, 24 tahun, menggali lubang yang diduga sebagai kuburannya sendiri — pemandangan yang langsung memicu kecaman luas dari komunitas internasional. Sementara itu, Rom Braslavski, 21 tahun, yang memiliki kewarganegaraan ganda Jerman-Israel, terlihat dalam kondisi sangat kurus dan tak berdaya.
Prancis menilai tayangan tersebut sebagai bentuk pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan menegaskan kembali komitmennya untuk mendorong pembebasan semua sandera yang masih ditahan di Gaza. Saat ini, dari total 251 orang yang diculik dalam serangan Oktober 2023, masih ada 49 yang diyakini belum dibebaskan. Dari jumlah itu, militer Israel menyebut 27 orang telah dinyatakan tewas.
Meskipun mengkritik keras Hamas, Prancis tetap berkomitmen pada solusi dua negara sebagai jalan keluar permanen dari konflik. Pemerintah Macron berencana mengakui negara Palestina pada September 2025, namun dengan syarat tegas: Hamas harus didemiliterisasi total dan tidak boleh memiliki peran dalam pemerintahan pasca-konflik. Selain itu, negara Palestina yang terbentuk harus mengakui eksistensi Israel sebagai bagian dari proses damai.
Macron juga mendesak agar gencatan senjata segera diberlakukan dan bantuan kemanusiaan dalam skala besar diizinkan masuk ke Jalur Gaza. Wilayah yang hingga kini masih diblokade itu mengalami krisis kemanusiaan parah sejak awal konflik. Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, sedikitnya 60.430 orang tewas akibat serangan balasan Israel—sebagian besar adalah warga sipil. Angka ini diakui kredibel oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sementara itu, kecaman terhadap video sandera juga datang dari berbagai pemimpin dunia. Uni Eropa menyebut aksi Hamas sebagai bukti nyata kejahatan terhadap kemanusiaan. Ukraina pun menyerukan penghentian kekerasan dan mendesak Hamas untuk segera membebaskan seluruh sandera tanpa syarat.
Kondisi ini menambah tekanan diplomatik terhadap Hamas sekaligus mempertegas posisi negara-negara Barat, termasuk Prancis, bahwa perlawanan bersenjata terhadap Israel tidak dapat dibenarkan jika melibatkan penyanderaan dan pelanggaran HAM berat. (*)