Hamas Siap Kirim Bantuan untuk Sandera, Tapi Ajukan Syarat Berat ke Israel

Persiapan Hamas untuk Melanjutkan Pertempuran di Gaza dengan Merekrut Ribuan Tentara. Foto/net--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO Hamas menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan Palang Merah dalam mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi para sandera yang mereka tahan di Gaza. Namun, kelompok tersebut menetapkan sejumlah syarat kepada Israel, di antaranya pembukaan akses bantuan secara permanen dan penghentian serangan udara selama proses distribusi.
Pernyataan itu muncul di tengah tekanan internasional terhadap Hamas, terutama setelah mereka merilis video yang menunjukkan kondisi sandera dalam keadaan memprihatinkan. Dalam salah satu video terbaru, seorang sandera muda terlihat sangat lemah dan menggali lubang yang disebut sebagai “kuburannya sendiri.” Rekaman ini menimbulkan kegemparan di Israel dan menuai kecaman keras dari berbagai negara Barat, termasuk Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat.
Menurut otoritas Israel, dari sekitar 50 sandera yang masih ditahan di Gaza, hanya sekitar 20 orang yang diyakini masih hidup. Namun hingga kini, Hamas belum memberikan akses apa pun kepada organisasi kemanusiaan untuk memverifikasi kondisi mereka. Keluarga para sandera pun masih minim informasi.
Situasi ini mendorong Dewan Keamanan PBB untuk menggelar sesi khusus pada Selasa (5/8/2025) guna membahas nasib para sandera. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut telah meminta langsung kepada Palang Merah Internasional agar dapat mengirimkan bantuan kemanusiaan.
Di sisi lain, Forum Keluarga Sandera menyatakan kemarahannya atas syarat yang diajukan Hamas. Mereka menegaskan bahwa kondisi para sandera yang terus memburuk merupakan tanggung jawab penuh kelompok tersebut, mengingat para korban telah ditahan dalam kondisi tidak manusiawi selama lebih dari 660 hari.
Di luar persoalan sandera, krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk. Dalam 24 jam terakhir, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan enam kematian akibat kelaparan dan malnutrisi. Sejak perang dimulai, jumlah korban jiwa karena kelaparan telah mencapai 175 orang, termasuk hampir seratus anak-anak.
Meski Israel menyatakan telah mengizinkan masuknya bantuan, kenyataannya pengiriman logistik ke Gaza tetap berlangsung di bawah pengawasan militer yang ketat. Bantuan bahan bakar, yang sangat penting bagi operasional rumah sakit, toko roti, dan dapur umum, juga sangat terbatas. Dua truk yang membawa 107 ton solar dilaporkan akan masuk dari Mesir, namun belum ada konfirmasi apakah pengiriman itu benar-benar terlaksana.
Lembaga militer Israel COGAT menyebutkan bahwa sejumlah tanker bahan bakar telah dikirim melalui koordinasi dengan PBB. Namun, keterbatasan pasokan membuat banyak rumah sakit di Gaza hanya bisa melayani pasien dalam kondisi darurat.
Situasi ini mempertegas bahwa bantuan kemanusiaan kini menjadi alat tekanan politik utama dalam konflik berkepanjangan antara Israel dan Hamas. Israel menilai pembatasan ini perlu dilakukan agar Hamas segera membebaskan para sandera yang tersisa, sementara warga sipil di Gaza terus terjepit di tengah krisis yang tak kunjung berakhir. (*)