Petani Labu Siam Menjerit, Harga Jual Rp400 Perkilogram

Ilustrasi Labu-----

SEKINCAU – Alih-alih bersyukur atas hasil panen melimpah, para petani labu siam di Kecamatan Sekincau, Kabuparen Lamlung Barat dan kecamaran lain justru dilanda keresahan.

Pasalnya, melimpahnya produksi labu siam dalam beberapa pekan terakhir justru diiringi dengan anjloknya harga jual di pasaran.

Petani kini hanya bisa mengelus dada melihat harga labu siam yang menyentuh titik terendah, yakni Rp400 per kilogram. Kondisi ini membuat mereka kesulitan menutupi biaya produksi yang terus meroket, mulai dari harga pupuk hingga obat-obatan tanaman.

Hasan, salah seorang petani di Sekincau, mengaku bingung dan kecewa. Meski ladangnya menghasilkan banyak labu siam, namun tak ada pembeli yang berminat. Bahkan, pedagang dari luar daerah yang biasa membeli dalam jumlah besar pun kini enggan melirik komoditas ini.

"Harga sekarang cuma Rp400. Kita bingung mau jual ke mana. Hampir semua kios sayur penuh dengan labu siam, tumpukan di mana-mana,” keluh Hasan.

Lebih miris lagi, menurut Hasan, sebagian besar petani hanya bisa menyerahkan labu mereka ke pengepul dengan harga sangat rendah, atau bahkan membagikannya gratis ke warga sekitar, dan sebagian lainnya dijadikan pakan ternak sapi.

Petani dengan modal terbatas menjadi pihak yang paling terdampak. Dengan biaya operasional yang tidak sedikit, mereka berharap bisa mendapat keuntungan setimpal saat panen tiba. Sayangnya, kenyataan justru berbanding terbalik.

“Pupuk mahal, obat-obatan juga. Sekarang malah hasil panen nggak laku. Petani kecil seperti kami jelas sangat merugi,” ujar salah satu warga lainnya yang juga merupakan pengepul.

Melihat kondisi yang semakin sulit, Hasan dan para petani lainnya berharap adanya campur tangan dari pemerintah daerah. Mereka mendesak adanya solusi konkret, entah dalam bentuk subsidi, pembukaan pasar baru, atau intervensi harga.

“Kami cuma bisa berharap harga labu siam bisa kembali naik. Kami butuh perhatian dan tindakan dari pemerintah. Jangan sampai petani terus-terusan jadi korban permainan harga,” harap Hasan penuh kekhawatiran. (rinto/nopri)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan