Studi Ungkap Rahasia Manusia Bertahan dari Letusan Dahsyat Gunung Toba 74 Ribu Tahun Lalu

Ilustrasi gunung toba. Foto-Net--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Sebuah studi terbaru mengungkap bagaimana manusia purba mampu bertahan hidup dari dampak letusan super Gunung Toba di Sumatra Utara sekitar 74 ribu tahun lalu.

Erupsi raksasa yang membentuk Danau Toba itu dikenal sebagai salah satu bencana alam paling dahsyat dalam sejarah bumi, melontarkan sekitar 2.800 km³ abu vulkanik ke atmosfer dan memicu pendinginan global.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature (2024) berjudul Adaptive foraging behaviours in the Horn of Africa during Toba supereruption dipimpin oleh arkeolog Jayde N. Hirniak dari Arizona State University. Ia menyoroti ketahanan luar biasa manusia yang mampu bertahan, bahkan berkembang, setelah bencana yang kekuatannya 10 ribu kali lebih besar dibanding letusan Gunung St. Helens (AS) pada 1980.

Dampak Letusan dan Hipotesis Bottleneck Genetik

Letusan super Toba menghasilkan hujan asam, langit gelap, dan suhu bumi yang mendingin hingga enam tahun. Hipotesis lama menyebut bencana ini membuat populasi manusia purba menyusut drastis hingga kurang dari 10 ribu individu, fenomena yang disebut bottleneck genetik. Namun, bukti arkeologi terbaru memperlihatkan cerita berbeda.

Jejak Ketahanan Manusia Purba

Di Afrika Selatan, situs arkeologi Pinnacle Point 5-6 menunjukkan manusia tetap tinggal sebelum, saat, dan setelah letusan. Bahkan, inovasi teknologi muncul setelah bencana, termasuk perkembangan alat berburu yang lebih canggih.

Di Ethiopia, situs Shinfa-Metema 1 juga menyimpan jejak cryptotephra (fragmen vulkanik mikroskopis) dari Toba yang bercampur dengan bukti aktivitas manusia. Penduduk purba di sana menyesuaikan diri dengan kondisi kering ekstrem dengan mengikuti sungai musiman, memanfaatkan kolam dangkal saat kemarau, hingga menggunakan busur dan panah.

Temuan serupa juga ditemukan di sejumlah situs arkeologi di India, China, dan Indonesia, memperlihatkan bahwa manusia purba tidak punah, melainkan beradaptasi secara fleksibel menghadapi perubahan lingkungan.

Makna bagi Masa Kini

Hirniak menekankan bahwa meski letusan Toba mungkin bukan penyebab utama penurunan populasi purba, peristiwa ini memberi pelajaran penting. Adaptasi manusia terhadap krisis global di masa lalu menunjukkan bagaimana ketangguhan, inovasi, dan perilaku fleksibel menjadi kunci untuk bertahan menghadapi bencana besar.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan