Tekankan Sinergi Semua Pihak, Bupati Tinjau SMPN 12 Krui Pasca Tragedi

Bupati Pesbar, Dedi Irawan, bersama jajaran OPD terkait melakukan kunjungan ke SMPN 12 Krui. Foto yayan--

PESISIR SELATAN - Suasana duka masih menyelimuti lingkungan SMPN 12 Krui, Pekon Tanjung Jati, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar), setelah tragedi perkelahian antar siswa yang menewaskan seorang pelajar pada Senin, 29 September 2025 lalu. Dua hari berselang, Rabu, 1 Oktober 2025, Bupati Pesbar Dedi Irawan turun langsung ke sekolah itu bersama jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk memastikan penanganan dan mencari solusi pencegahan agar insiden serupa tidak terulang.

Dalam kunjungan itu, hadir pula Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pesbar, Marnentinus, S.IP., Plt. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan KB (DP3AKB), Irhamudin, S.KM., Kasatpol PP-Damkar Pesbar, Cahyadi Muis, Plt. Camat Pesisir Selatan, Mirza Sahri, para peratin, serta Kepala SMPN 12 Krui, Minsyahrudin, S.Pd., beserta jajaran dewan guru.

Bupati Dedi Irawan menyampaikan bela sungkawa mendalam atas peristiwa tersebut. Menurutnya, kehilangan seorang pelajar akibat perkelahian di sekolah merupakan tragedi yang semestinya tidak terjadi. Ia menegaskan, kejadian ini harus dijadikan pelajaran berharga bagi semua pihak. Ia berharap ini menjadi kejadian pertama dan terakhir. Hal ini harus menjadi pembelajaran bagi kita semua.

“Saya sebagai bupati tentu merasa ikut bertanggung jawab. Semua pihak harus bersinergi, baik guru, kepala sekolah, hingga pemerintah daerah, karena kita semua memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik anak-anak,” katanya.

Dijelaskannya, ia juga menekankan pentingnya peran guru dan seluruh tenaga pendidik yang bukan hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menjadi figur orang tua di sekolah. Ia meminta agar perhatian dan pengawasan lebih diperketat, terutama untuk membangun kedekatan emosional dengan para siswa.

“Saya tidak mencari siapa yang salah, tetapi semua harus kita benahi. Di sekolah, guru dan kepala sekolah adalah orang tua bagi anak-anak. Karena itu saya titip anak-anak yang masih menempuh pendidikan, bukan hanya di SMPN 12 Krui ini, tetapi juga di seluruh sekolah di Pesbar. Mari kita semua bersinergi, camat, peratin, guru, semuanya, agar anak-anak kita benar-benar terjaga,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala SMPN 12 Krui, Minsyahrudin, mengakui peristiwa tersebut menjadi pukulan berat bagi pihak sekolah. Ia mengaku sangat kaget dan prihatin atas insiden yang menelan korban jiwa tersebut. “Kami benar-benar kaget dan prihatin. Kejadian ini tentu sangat mengejutkan bagi kami sebagai pendidik,” katanya singkat.

Plt. Kepala Disdikbud Pesbar, Marnentinus, menyatakan pihaknya akan segera melakukan langkah konkret untuk memperketat pengawasan di sekolah. Menurutnya, tragedi ini menjadi peringatan penting bagi dunia pendidikan di Pesbar agar lebih serius dalam membangun sistem pembinaan siswa. Artinya dengan adanya kejadian ini, Disdikbud akan lebih mengoptimalkan pengawasan di semua sekolah, bukan hanya SMPN 12 Krui.

“Kami juga akan meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait, termasuk guru BK, kepala sekolah, hingga pihak orang tua, agar pembinaan terhadap siswa lebih maksimal,” ujarnya.

Sementara itu, Humas SMPN 12 Krui yang juga wali kelas korban, Lena Astuti, S.Pd.I., mengungkapkan betapa beratnya dampak psikologis yang dirasakan, terutama oleh para siswa yang menyaksikan langsung kejadian tersebut. Ia mengaku masih diliputi kecemasan karena beberapa murid mengalami trauma.

“Kami sangat terpukul. Sebagai wali kelas korban, saya benar-benar tidak menyangka hal ini bisa terjadi. Beberapa teman korban juga masih trauma, terutama yang melihat langsung kejadian itu. Kami butuh penguatan moral agar anak-anak bisa kembali pulih,” tuturnya dengan nada haru.

Menurut Lena, baik korban maupun pelaku selama ini tidak pernah menunjukkan adanya masalah serius di sekolah. Keduanya bahkan berbeda kelas, sehingga peristiwa itu benar-benar di luar dugaan. Sehari-hari juga mereka tidak pernah bermasalah. Tidak ada laporan dari guru maupun teman-teman tentang adanya perselisihan.

“Peristiwa itu terjadi saat jam istirahat terakhir, sebelum masuk pelajaran. Kalau ada informasi tentang bullying, kami juga tidak pernah menerima laporan resmi,” jelasnya.

Ia menambahkan, pihak sekolah selama ini sudah berusaha melakukan pembinaan intensif. Guru BK dan guru lainnya selalu memberikan ruang agar siswa bisa menyampaikan masalah pribadi maupun pertemanan. Namun, kejadian mendadak ini tetap menjadi tamparan keras bagi seluruh civitas sekolah. Pihak sekolah selalu berusaha mendampingi siswa. Para guru juga memberikan kelonggaran jika ada persoalan yang perlu mereka ceritakan. Soal adanya gunting yang digunakan saat peristiwa itu, kami tidak tahu persis.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan