Kecepatan Internet Starlink di Indonesia Turun Drastis, OpenSignal: Pengguna Membeludak

Foto: Parabola Starlink--
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO — Laporan terbaru OpenSignal mencatat bahwa kecepatan internet satelit Starlink mengalami penurunan signifikan setelah lebih dari setahun beroperasi di Indonesia.
Menurut Robert Wyrzykowski, Principal Data Analyst OpenSignal, penurunan itu terjadi akibat meningkatnya jumlah pengguna yang melebihi kapasitas jaringan satelit milik Elon Musk tersebut.
“Dengan kecepatan awal unduh 42,0 Mbps dan unggah 10,5 Mbps, Starlink sempat menjadi alternatif kuat bagi masyarakat di luar jangkauan fiber dan seluler. Namun, dalam satu tahun, penggunaan yang melonjak membuat kecepatan unduh turun hampir dua pertiga, dan unggah turun hampir setengahnya,” ujar Wyrzykowski dalam keterangannya, Rabu (8/10).
OpenSignal mencatat bahwa kini kecepatan unduh Starlink hanya 15,8 Mbps, sementara kecepatan unggah berada di kisaran 5,8 Mbps. Skor pengalaman video pengguna juga turun lima poin dibanding tahun sebelumnya.
Peningkatan jumlah pelanggan yang tidak diimbangi dengan kapasitas satelit disebut menjadi penyebab utama kemacetan jaringan. Bahkan, pada pertengahan 2025, Starlink sempat menutup pendaftaran pelanggan baru untuk sementara waktu.
Ketika layanan dibuka kembali pada Juli 2025, calon pelanggan dikenai biaya awal sangat tinggi, berkisar antara Rp8 juta hingga Rp9,4 juta (US$490–US$574), tergantung wilayah gateway. Nilai ini tiga kali lipat dari rata-rata upah bulanan di Indonesia, yaitu sekitar Rp3,09 juta (US$190).
Meski kecepatannya menurun, OpenSignal menemukan adanya peningkatan konsistensi kualitas layanan Starlink dari 24,2 persen menjadi 30,9 persen, yang menunjukkan perbaikan latensi dan infrastruktur.
Namun, bila dibandingkan dengan layanan Fixed Wireless Access (FWA) berbasis 4G dan 5G, Starlink hanya unggul dalam satu kategori — kecepatan unduh. Dalam hal kecepatan unggah, konsistensi, dan pengalaman video, FWA masih lebih baik dengan nilai konsistensi mencapai 49,7 persen.
FWA sendiri terus berkembang di Indonesia, meski penyebarannya di daerah pedesaan masih terhambat oleh medan sulit dan biaya infrastruktur tinggi. Telkomsel menjadi pemain utama melalui layanan Orbit, yang tumbuh 31 persen hingga mencapai 1,1 juta pelanggan pada 2023. XL Axiata dan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) juga memperluas pasar FWA dengan produk HiFi Air, yang diluncurkan bersamaan dengan kerja sama ekspansi 4G/5G dengan Nokia.
Wyrzykowski menyimpulkan bahwa meski Starlink membawa harapan baru bagi konektivitas di wilayah terpencil, keberlanjutan performanya di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dari sisi kapasitas dan efisiensi jaringan.(*)