RI Jalin Kerja Sama Energi dengan Brasil, dari Bioetanol hingga Pembangkit Nuklir

Foto: Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dalam HUT Pertambangan & Energi ke-80, di Monas, Jakarta, Jumat (24/10/2025). Foto CNBC Indonesia--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjalin kerja sama strategis dengan Brasil dalam pengelolaan sumber daya alam, mencakup penggunaan etanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) hingga penjajakan pengembangan energi nuklir.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, kerja sama ini menandai langkah baru Indonesia dalam diversifikasi sumber energi bersih sekaligus peningkatan efisiensi energi nasional.

“Selain bioetanol, kita juga menjajaki kemungkinan kerja sama pengembangan nuklir. Brasil punya uranium dan beberapa pembangkit listrik tenaga nuklir yang sudah beroperasi,” ujar Bahlil usai Upacara Peringatan Hari Pertambangan dan Energi ke-80 di Monas, Jakarta, Jumat (24/10/2025).

Langkah ini sejalan dengan kebijakan energi nasional yang kini menempatkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai bagian dari bauran energi baru dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025–2034.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menjelaskan, dua proyek PLTN pertama akan dibangun di Sumatera dan Kalimantan, masing-masing dengan kapasitas 250 megawatt (MW).

Namun, dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), pemerintah menargetkan kapasitas total pembangkit nuklir mencapai 35 gigawatt (GW) hingga 2060 — setara lebih dari 30 unit reaktor berbasis darat.

“Target kita untuk nuklir sampai 2060 itu 35 GW. Model land-based diproyeksikan lebih dari 30 unit. Jadi, nuklir menjadi salah satu solusi untuk base load energi terbarukan,” kata Eniya dalam Human Capital Summit (HCS) 2025, Rabu (4/6/2025).

Ia juga menegaskan, pengembangan PLTN memerlukan kesiapan sumber daya manusia (SDM) yang memahami aspek teknis, operasional, dan keselamatan (safety), sesuai standar internasional IAEA (International Atomic Energy Agency).

Pemerintah saat ini tengah berkoordinasi dengan Kementerian Sekretariat Negara dan Kemenpan RB untuk membentuk Badan Tenaga Nuklir RI (NEPIO) sebagai lembaga pengelola program nuklir nasional.

“SDM yang paham nuklir sangat dibutuhkan, bukan hanya untuk mengoperasikan, tetapi juga mengantisipasi potensi risiko dan memastikan keamanan publik,” ujarnya.

Langkah Indonesia menggandeng Brasil dianggap strategis, mengingat Brasil dikenal sebagai negara yang sukses memadukan bioetanol dan energi nuklir dalam sistem energinya, sekaligus mengedepankan prinsip keberlanjutan.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan