Israel Hina Arab Saudi, Dunia Timur Tengah Bergejolak

Wapres AS JD Vance Tiba di Israel, Trump Khawatir Netanyahu Rusak Gencatan Senjata Gaza--

RADARLAMBARBACAKORAN.CO – Dunia diplomasi Timur Tengah kembali bergejolak setelah Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, melontarkan pernyataan yang menghina Arab Saudi. Orang kepercayaan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu itu menolak usulan Riyadh yang mengaitkan pengakuan terhadap Palestina dengan partisipasi Saudi dalam Abraham Accord, perjanjian normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.

 

Dalam komentarnya yang kontroversial, Smotrich menyindir agar “Saudi terus menunggang unta di gurun sementara Israel terus maju.” Ucapan bernada rasis itu memicu gelombang kecaman luas dari komunitas internasional dan negara-negara Arab. Tekanan diplomatik yang kuat akhirnya membuat pemerintah Israel memaksa Smotrich meminta maaf secara terbuka, yang kemudian ia lakukan melalui media sosial, seperti dilaporkan TRT World.

 

Pengaruh Besar Arab Saudi di Timur Tengah

 

Arab Saudi memiliki pengaruh multidimensional di kawasan Timur Tengah — mencakup kekuatan ekonomi, otoritas agama, serta dominasi politik dan strategis. Sebagai produsen minyak terbesar kedua dunia, Saudi mengendalikan kebijakan harga dan pasokan global melalui perannya di OPEC, memberi dampak langsung pada stabilitas ekonomi dunia.

 

Secara agama, Arab Saudi memegang legitimasi tinggi di dunia Islam karena menjadi penjaga dua kota suci, Mekah dan Madinah. Dari posisi itu, Riyadh memproyeksikan pengaruh ideologisnya lewat penyebaran ajaran Islam konservatif (Wahhabisme) di berbagai negara.

 

Di bidang politik dan militer, Arab Saudi berperan penting dalam menjaga stabilitas kawasan, terutama melalui Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Kebijakan luar negeri yang agresif dan intervensi militer di Yaman menunjukkan tekad mereka dalam menahan pengaruh Iran. Persaingan kedua negara ini menjadi poros utama konflik proksi di Timur Tengah, mulai dari Suriah hingga Lebanon.

 

Di bawah kepemimpinan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS), Riyadh bertransformasi melalui visi besar Vision 2030, yaitu upaya diversifikasi ekonomi dari ketergantungan minyak menuju industrialisasi, teknologi, dan pariwisata. Kebijakan luar negeri Saudi kini lebih pragmatis, termasuk rekonsiliasi dengan Iran dan peran aktif dalam diplomasi Gaza.

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan