BMKG Jelaskan Asal-usul Mikroplastik dalam Air Hujan Jakarta, Ternyata Bisa Terbawa Angin dari Daerah Lain

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Muhammad Reza Cordova mengungkap alasan mengapa air hujan mengandung partikel berbahaya. Foto: CNN Indonesia--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO – Fenomena air hujan yang mengandung mikroplastik di wilayah Jakarta kembali menjadi perhatian publik. Kajian terbaru yang dilakukan Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ECOTON) bersama Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SEIJ) mengungkap bahwa mikroplastik tersebut berasal dari kontaminasi udara di berbagai daerah.

Penelitian yang dilakukan sepanjang Mei hingga Juli 2025 itu mencatat adanya kontaminasi mikroplastik di udara pada 18 kabupaten dan kota di Indonesia. Dari seluruh wilayah yang diteliti, lima kota menunjukkan kadar tertinggi, yakni Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Bandung, Semarang, dan Kupang.

“Tingginya mikroplastik di udara Jakarta berdampak pada tingginya kadar mikroplastik dalam air hujan. Air hujan menyerap material di atmosfer, sehingga mikroplastik yang ada di udara tertangkap dan larut di dalamnya,” ujar Kepala Laboratorium ECOTON, Rafika Aprilianti, dikutip dari detiknews.

Temuan ini sejalan dengan riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang sebelumnya menemukan jejak mikroplastik dalam air hujan di Jakarta.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan mikroplastik di air hujan Jakarta tidak selalu berasal dari wilayah itu sendiri. Fungsional Madya Pengamat Meteorologi dan Geofisika BMKG, Dwi Atmoko, menjelaskan mikroplastik dapat berpindah antarwilayah mengikuti arah dan pola angin sebelum akhirnya turun ke bumi.

“Kami ingin menjelaskan bahwa mikroplastik dapat dikategorikan sebagai bagian dari aerosol dalam sistem atmosfer. Aerosol adalah partikel padat atau cair yang tersuspensi di udara,” kata Dwi dalam media briefing di Jakarta, Jumat (24/10).

Sumber aerosol, lanjutnya, bisa berasal dari fenomena alam seperti percikan ombak laut, debu vulkanik, dan bahan organik, maupun dari aktivitas manusia seperti asap kendaraan dan pembakaran sampah.

Dwi menambahkan, terdapat dua mekanisme utama turunnya partikel ke permukaan bumi. Pertama, deposisi kering, di mana partikel jatuh karena gravitasi saat udara tenang. Kedua, deposisi basah, di mana partikel di atmosfer menjadi inti kondensasi awan yang akhirnya turun bersama air hujan.

“Dengan demikian, air hujan dapat membawa partikel aerosol, termasuk mikroplastik, turun ke permukaan,” jelas Dwi.

 

Ia menegaskan, mikroplastik yang ditemukan di suatu daerah bisa jadi berasal dari wilayah lain akibat fenomena transportasi polutan. “Artinya, mikroplastik di Jakarta mungkin berasal dari daerah lain, atau sebaliknya, partikel dari Jakarta terbawa angin ke tempat lain,” katanya.(*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan