Peristiwa Petani Tewas Diterkam Harimau di Suoh, Pemicu Rasa Trauma Warga
Ilustrasi Harimau--
BALIKBUKIT - Kadi (48) Warga Pemangku Taman Sari Timur, Pekon Tugu Ratu, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, Lampung nyaris diterkam harimau, pada Jumat 5 April 2024 sekitar pukul 13.30 WIB.
Beruntung Kadi berhasil selamat, setelah harimau hanya berhasil mengenai bagian jok sepeda motor yang ditumpanginya.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, kejadian tersebut bermula saat Kadi bersama rekannya Yono hendak memperbaiki kincir yang berada Taman Sari Barat.
Keduanya berangkat menggunakan sepeda motor, di tengah perjalanan Kadi merasa sepeda motor yang ditumpanginya terasa miring karena alangkah terkejutnya ketika ia mengetahui bahwa harimau sumatera mencoba untuk menggapainya.
"Kami berangkat untuk memperbaiki kincir, di tengah jalan ada harimau mencakar bagian belakang motor (jok motor) dan saya terjatuh," cerita Kadi kepada Kanit Binmas Polsek BNS Aipda Sidik Purnomo, serta sejumlah anggota Tim Satgas Penanganan Satwa liar, yang menyambangi kediamannya.
Melihat ia terjatuh dan hendak diterkam harimau, lanjut Kadi, rekannya Yono langsung mencoba untuk menyelamatkan dirinya. "Yono langsung lari mengejar harimau tersebut, dan Alhamdulillah harimau itu lari dan kami langsung menyelamatkan diri," ujarnya.
Sementara itu, Fahru, warga Pekon Tugu Ratu mengatakan, korban merupakan seorang petani kopi. “Sore ini ada serangan harimau lagi, korban ialah pak Kadi warga Tugu Ratu merupakan seorang petani kopi,” ujarnya.
“Kejadian di perkebunan tepatnya di atas wilayah SD Tugu Ratu. Korban diserang harimau tapi Alhamdulillah masih selamat,” terusnya.
Fahru yang merupakan Founder Komunitas Pejuang Kopi Suoh dan BNS ini juga mengatakan, konflik ini menjadi kekhawatiran tersendiri bagi petani kopi. “Karena sebagai petani kopi tentu hal ini menjadi kekhawatiran bagi kami, karena pada saat ini petani kopi sudah mulai panen,” kata dia.
“Kita panen harus sering di kebun. Namun dengan adanya konflik dengan satwa harimau ini, tentunya jadi ketakutan bagi kami,” tambahnya.
Hal itu menurutnya dapat menimbulkan dilema bahkan buah simalakama untuknya dan petani kopi yang lain. “Karena kalau mau ke kebun tentunya kami ga berani, tapi kalo tidak ke kebun buah kopi jadi busuk,” tandasnya. *