6 Bulan Terakhir, Bencana Alam 21 dan Non Alam 3

Kepala Pelaksana BPBD Lambar Padang Prio Utomo, S.H----

BALIKBUKIT - Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Barat (Lambar), sebanyak 24 bencana telah terjadi sejak Januari hingga pertengahan Juni 2024.

Kepala Pelaksana BPDB Lampung Barat Padang Priyo Utomo mengatakan, bencana itu terbagi menjadi dua yakni bencana alam dan bencana non alam. Bencana itu terdiri dari bencana alam dan non alam. Bencana alam terjadi 21 kali, sedangkan bencana non alam terjadi tiga kali.

Dijelaskan, bencana alam yang terjadi di Lampung Barat yakni tanah longsor tiga kali, banjir tujuh kali, cuaca ekstrem 10 kali, gempa bumi dan erupsi satu kali.

“Cuaca ekstrem yang terjadi di Lampung Barat sering menyebabkan pohon tumbang, tiang listrik roboh dan angin puting beliung. Selain itu, cuaca ekstrem juga sudah merusak beberapa fasilitas seperti tanggul jebol dan jembatan amblas,” tambahnya.

Kemudian, lanjut Padang, becana non alam yang terjadi biasanya merupakan orang hilang dengan jumlah satu kali kejadian, dan orang hanyut dua kali. “Untuk kejadian orang hanyut itu terjadi di Kecamatan BNS dan Suoh. Kedua korban ditemukan dalam keadaan meninggal,” sebutnya.

Ia mengaku, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan bencana yang terjadi di wilayah Lampung Barat. “Setelah menerima laporan bencana, Pusdalops PB segera berkoordinasi dengan satgas di wilayah terdekat, aparat pekon dan masyarakat. Kemudian barulah satgas dengan arahan dari pimpinan melakukan penanganan bencana yang dimaksud,” sambungnya.

Selain penanganan pasca terjadinya bencana, pihaknya juga telah melakukan upaya mitigasi bencana yang menyasar masyarakat maupun pemerintah daerah.

Pihaknya tak pernah bosan mengimbau seluruh pemangku kepentingan terkhusus masyarakat untuk meningkatkan kesadaran bersama akan bahaya bencana. “Mari bangun kesadaran bersama. Kondisi kerawanan tinggi yang kita hadapi tentunya perlu upaya dan kolaborasi yang serius. Bagaimana kita melakukan upaya mitigasi dini, baik lingkungan, diri sendiri dan keluarga terkait dengan kewilayahan di Lampung Barat,” lanjutnya.

Mitigasi dini, menurutnya bisa dilakukan dengan menghindari titik bencana seperti tidak membangun permukiman di wilayah dekat tebing yang rawan longsor.

“Selain itu tidak membangun permukiman di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang beresiko terkena luapan sungai jika ada banjir. Dalam membangun permukiman juga harus melakukan pertimbangan, apakah aman untuk wilayah kita yang rawan gempa bumi,” tutupnya. *

Tag
Share