Radarlambar.Bacakoran.co - Ketua DPR RI Puan Maharani menekankan pentingnya pembaruan di tubuh PBB guna mengatasi tantangan global abad ke-21 dan menegaskan perlunya reformasi besar-besaran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjawab tantangan global yang semakin kompleks. Dalam pidatonya di acara G20 Parliamentary Speaker's Summit (P20) ke-10 di Brasil, Puan mengungkapkan bahwa sistem tata kelola global saat ini perlu disesuaikan agar lebih efektif dan representatif dalam menangani isu-isu abad ke-21.
Menurut Puan, di tengah banyaknya persoalan dunia, seperti ketimpangan ekonomi, perubahan iklim, serta konflik bersenjata, PBB harus lebih responsif dan akuntabel. Saat ini kata Puan, tata kelola global perlu lebih demokratis dan mampu menghadapi berbagai tantangan zaman. Reformasi di tubuh Dewan Keamanan PBB, Majelis Umum PBB serta lembaga keuangan internasional sangat diperlukan.
Puan juga menekankan bahwa parlemen di seluruh dunia memiliki peran penting dalam memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Dalam forum tersebut, Puan menyebutkan bahwa dunia tengah menghadapi isu-isu global yang sangat mendesak, seperti krisis pangan, energi, dan perubahan iklim yang turut mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. Sebab kata dia, ada desakan dari konstituen agar PBB lebih aktif dalam mencari solusi untuk masalah-masalah tersebut.
Lebih lanjut, Puan mengingatkan bahwa parlemen tidak hanya sekadar perwakilan rakyat di tingkat nasional, tetapi juga harus turut andil dalam membangun kepercayaan internasional dan memastikan hukum internasional serta Piagam PBB dihormati. Parlemen global harus bekerja sama untuk menciptakan kepercayaan yang diperlukan dalam reformasi tata kelola dunia dan juga harus memastikan komitmen terhadap hukum internasional agar hubungan antar negara lebih damai dan adil.
Dalam kesempatan tersebut, Puan juga menyentuh soal kondisi konflik yang sedang berlangsung di Gaza, Palestina. Ia mengkritik keras Israel yang terus mengabaikan seruan komunitas internasional untuk menghentikan serangan dan menghormati hukum internasional. Puan mengaku ingin melihat bagaimana seruan dunia untuk menghentikan peperangan di Gaza diabaikan begitu saja.
Puan juga berharap, melalui diplomasi parlemen yang lebih aktif, negara-negara bisa bekerja sama untuk menciptakan perdamaian dunia. Ditegaskannya, diplomasi parlemen harus mampu menegakkan prinsip hukum internasional serta menolak penggunaan kekuatan dalam penyelesaian perselisihan antar negara.
Sebagai penutupan, Puan menegaskan bahwa parlemen harus lebih banyak terlibat dalam proses pengambilan keputusan global, karena hanya dengan kerjasama yang solid antara pemerintah dan parlemen, tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini dapat diatasi dengan lebih efektif.