Radarlambar.bacakoran.co– Ketegangan antara Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) semakin meningkat setelah kedua negara terlibat dalam uji coba rudal balistik yang saling mengarah ke perairan di sekitar wilayah mereka.
Sebelumnya Korsel meluncurkan rudal balistik jarak pendek jenis Hyunmoo, yang ditembakkan ke Laut Barat dalam rangka latihan militer rutin.
Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel menyatakan bahwa peluncuran rudal ini merupakan bagian dari latihan militer yang bertujuan untuk memperkuat kesiapan dan kemampuan negara dalam menghadapi potensi ancaman dari Korut.
"Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan serangan presisi dalam merespons provokasi yang dilakukan oleh musuh," ungkap JCS, sebagaimana dilaporkan AFP.
Langkah Korsel ini merupakan respons terhadap uji coba rudal balistik terbaru yang dilakukan oleh Korea Utara. Pyongyang, yang memiliki persenjataan nuklir, baru saja menguji rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat yang disebut-sebut sebagai yang paling canggih dan kuat yang pernah mereka luncurkan.
Selain itu, Korut juga meluncurkan beberapa rudal balistik jarak pendek dalam latihan terpisah, yang semakin memperburuk situasi di kawasan tersebut.
Seoul memandang uji coba rudal Korut sebagai provokasi serius yang tidak dapat dibiarkan begitu saja. "Peluncuran rudal oleh Korsel ini bertujuan untuk menunjukkan tekad kami dalam menanggapi setiap provokasi Korut dengan tegas," tegas JCS.
Korsel telah lama mengembangkan kemampuan pertahanan untuk menghadapi ancaman dari Korut, terutama melalui sistem rudal balistik. Sejak 1970-an, Korsel memproduksi rudal balistik jarak pendek untuk melawan potensi serangan dari utara.
Salah satu sistem serangan utama adalah Hyunmoo, yang menjadi bagian dari sistem pertahanan negara yang dikenal dengan sebutan 'Kill Chain', yang memungkinkan Korsel melancarkan serangan pendahuluan jika terdeteksi ancaman dari Korut.
Pada awal Oktober, Korsel memperkenalkan Hyunmoo-5, rudal balistik jarak jauh terbesar yang dirancang untuk menghancurkan bunker bawah tanah, yang semakin menambah eskalasi ketegangan di kawasan tersebut.
Selain uji coba rudal, ketegangan juga meningkat setelah Korsel, Jepang, dan Amerika Serikat (AS) menggelar latihan udara gabungan sebagai respons terhadap peluncuran ICBM Korut.
Latihan ini melibatkan pesawat pengebom B-1B AS, jet tempur F-15K dan KF-16 Korsel, serta jet tempur F-2 Jepang. Latihan tersebut dianggap oleh Pyongyang sebagai aksi provokatif dan persiapan untuk invasi, yang semakin memperburuk hubungan antara negara-negara tersebut.
Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengkritik latihan gabungan itu sebagai bentuk ancaman langsung terhadap negara mereka.
"Latihan ini membuktikan sifat agresif musuh yang paling berbahaya dan memperlihatkan urgensi kebijakan nuklir kami," kata Kim Yo Jong, memperkuat pesan bahwa Korut akan terus memperkuat kemampuan nuklirnya sebagai respons terhadap apa yang mereka anggap sebagai ancaman nyata dari negara-negara lain.
Ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea ini menunjukkan bahwa situasi di kawasan tersebut semakin memanas, dengan dua negara yang terlibat dalam persaingan militer yang semakin intensif. Dunia kini menantikan bagaimana perkembangan selanjutnya dan upaya diplomasi untuk meredakan ketegangan yang terus berkembang.(*)