Mengapa Negara Arab Diam Saat Gaza Dibombardir, Ini Alasannya

Senin 23 Dec 2024 - 16:42 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Edi Prasetya

Radarlambar.bacakoran.co -Ketika Israel melancarkan serangan udara ke Gaza, sering kali reaksi negara-negara Arab terhadap kekerasan tersebut cenderung terbatas atau bahkan diam. Padahal, banyak dari negara-negara ini yang secara terbuka mengkritik kebijakan Israel dan menunjukkan solidaritas terhadap Palestina. Namun, meskipun banyak di antara mereka memiliki hubungan historis dan kultural yang kuat dengan Palestina, ada sejumlah alasan mengapa mereka tidak selalu menunjukkan respons yang lebih tegas atau efektif saat Gaza dibombardir.

1. Kepentingan Politik dan Hubungan Diplomatik

Banyak negara Arab kini memiliki hubungan yang lebih pragmatis dan mendalam dengan Israel, meskipun hubungan tersebut pada awalnya sangat tegang. Contohnya, beberapa negara Teluk seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko telah menormalisasi hubungan dengan Israel melalui perjanjian Abraham yang difasilitasi oleh Amerika Serikat pada 2020. Negara-negara ini mungkin merasa lebih berhati-hati dalam mengambil posisi keras terhadap Israel, mengingat hubungan diplomatik dan ekonomi yang semakin penting, terutama dalam konteks ancaman Iran yang semakin nyata di Timur Tengah.

Negara-negara ini mungkin juga menghindari konfrontasi terbuka dengan Israel untuk melindungi kepentingan nasional mereka, seperti stabilitas politik, perdagangan, dan kerja sama keamanan. Oleh karena itu, meskipun mereka secara resmi mengutuk serangan terhadap Gaza, respons mereka cenderung tidak sekuat yang diharapkan oleh banyak kalangan di dunia Arab.

2. Perpecahan Internal di Dunia Arab

   Dunia Arab tidak lagi bersatu seperti dulu dalam menghadapi masalah Palestina. Perpecahan politik di dunia Arab, yang semakin jelas setelah "Musim Semi Arab", menyebabkan ketegangan antar negara-negara Arab. Beberapa negara Arab, seperti Saudi dan Uni Emirat Arab, lebih fokus pada ancaman regional dari Iran dan kelompok-kelompok Islam radikal daripada secara aktif terlibat dalam isu Palestina.

   Selain itu, konflik internal di negara-negara Arab, seperti perang saudara di Suriah, Yaman, dan Libya, membuat banyak negara Arab lebih terfokus pada masalah domestik mereka sendiri daripada mengatasi konflik Palestina-Israel. Beberapa negara Arab bahkan memiliki hubungan yang tidak baik satu sama lain, yang membuat solidaritas terhadap Palestina semakin terbatas.

3. Kepentingan Ekonomi dan Stabilitas Regional

   Beberapa negara Arab, terutama yang lebih kaya secara ekonomi seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar, memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan negara-negara Barat dan Israel. Mereka terlibat dalam berbagai investasi besar di sektor energi, teknologi, dan infrastruktur. Kepentingan ekonomi ini sering kali lebih diprioritaskan daripada solidaritas dengan Palestina, yang mungkin dianggap sebagai isu yang lebih bisa menimbulkan ketegangan dengan negara-negara Barat atau Israel.

   Selain itu, stabilitas politik dan ekonomi di dunia Arab sangat bergantung pada keseimbangan kekuasaan di kawasan. Banyak pemimpin Arab lebih memilih untuk tidak mengambil sikap yang dapat merusak hubungan mereka dengan negara-negara besar atau memperburuk ketegangan regional. Mereka lebih cenderung mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan terhadap Gaza tanpa mengambil langkah-langkah konkret yang dapat menambah ketegangan.

4. Pengaruh Amerika Serikat

   Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Israel, memiliki pengaruh besar terhadap negara-negara Arab, terutama yang berada dalam lingkup perjanjian diplomatik atau perdagangan. Banyak negara Arab merasa bahwa kebijakan mereka harus mempertimbangkan hubungan mereka dengan AS, yang sangat mendukung Israel. Tekanan dari Amerika Serikat sering kali membuat negara-negara Arab lebih berhati-hati dalam mengambil langkah-langkah yang dapat merusak hubungan mereka dengan Washington.

   Selain itu, banyak negara Arab yang masih memerlukan bantuan dan dukungan militer dari Amerika Serikat, yang dapat terancam jika mereka mengecam Israel terlalu keras atau terlibat dalam konflik secara langsung. Ketergantungan ini membatasi kemampuan negara-negara Arab untuk bertindak dengan lebih tegas terhadap Israel dalam situasi seperti serangan terhadap Gaza.

5. Kelemahan Diplomasi Palestina

   Palestina, meskipun mendapat dukungan moral dan retorika dari negara-negara Arab, tidak memiliki kekuatan diplomatik yang cukup untuk menggerakkan aksi nyata dari negara-negara Arab. Pemerintahan Palestina terpecah antara Fatah yang menguasai Tepi Barat dan Hamas yang menguasai Gaza, sehingga tidak ada satu suara atau satu posisi yang dapat diajukan secara konsisten di hadapan negara-negara Arab.

Kategori :