Radarlambar.bacakoran.co – Amerika Serikat melaporkan bahwa Rusia menghadapi krisis besar dalam jumlah pasukan akibat perang yang berkepanjangan dengan Ukraina. Menurut Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, lebih dari 700.000 tentara Rusia telah menjadi korban, termasuk yang tewas dan terluka, sejak awal invasi pada 2022.
“Jumlah korban ini melebihi akumulasi kerugian militer Rusia sejak Perang Dunia II,” ungkap Austin melalui situs resmi Departemen Pertahanan AS.
Pernyataan serupa juga diutarakan oleh militer Ukraina, yang memperkirakan total korban Rusia mencapai 707.540 orang. Laporan dari Inggris menyebutkan angka yang sejalan dengan proyeksi tersebut.
Untuk mengatasi kekurangan pasukan, sekitar 10.000 tentara Korea Utara dikirim ke wilayah konflik di Kursk, Rusia. Selain pasukan tempur, sejumlah jenderal Korea Utara turut dikerahkan untuk mendukung upaya Rusia melawan Ukraina.
Media menyebutkan bahwa pemerintah Rusia menawarkan bayaran sebesar $2.000 per bulan kepada tentara Korea Utara, meningkat signifikan dibandingkan gaji sebelumnya yang berkisar antara 100 hingga 300 won.
Selain masalah militer, Rusia kini juga menghadapi krisis populasi yang serius. Jumlah kelahiran mencapai titik terendah dalam 25 tahun, dengan hanya 599.600 bayi yang lahir pada paruh pertama 2024, turun 16.000 dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Sebagai upaya untuk meningkatkan angka kelahiran, sejumlah daerah seperti Karelia menawarkan insentif finansial sebesar 100.000 rubel kepada wanita di bawah usia 25 tahun yang bersedia memiliki anak. Dukungan tambahan juga diberikan untuk perawatan anak dan pemulihan pasca-persalinan.
Pemerintah pusat Rusia pun meningkatkan anggaran tunjangan bersalin, dengan insentif sebesar 677.000 rubel bagi ibu yang melahirkan pertama kali mulai 2025. Langkah ini diharapkan dapat membantu mendorong pertumbuhan populasi di tengah tantangan yang dihadapi negara tersebut. (*)
Kategori :