Gencatan Senjata Hamas-Israel, Dukungan Internasional dan Masa Depan Gaza

Sabtu 18 Jan 2025 - 15:26 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co - Khalil Al Hayya, anggota biro politik Hamas, mengungkapkan rasa terima kasih kepada sejumlah negara yang telah memberikan dukungan kepada Palestina dalam perjuangan mereka melawan agresi Israel. Dalam konferensi pers tersebut, Al Hayya menyebutkan Indonesia sebagai salah satu negara yang membantu Palestina, selain Turki, Afrika Selatan, Aljazair, Rusia, China, dan Malaysia. Bantuan ini tidak hanya berbentuk materi, tetapi juga dalam bentuk upaya diplomatik untuk mendukung tercapainya gencatan senjata antara Palestina dan Israel.

Kesepakatan gencatan senjata ini tercapai setelah negosiasi yang dilakukan di Qatar, yang akan mulai berlaku pada Ahad (16/1/2025). Dalam fase pertama gencatan senjata ini, Israel dan Hamas sepakat untuk menghentikan pertempuran sementara waktu, membuka kesempatan untuk pembebasan 33 warga Israel yang disandera oleh Hamas dan sejumlah warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

Perjuangan Palestina dan Kekuatan Rakyat Gaza
Al Hayya menegaskan bahwa Palestina tidak akan melupakan siapa saja yang terlibat dalam perang genosida yang dilakukan oleh Israel. Ia menggambarkan apa yang terjadi di Gaza sebagai "genosida paling keji di era modern," yang sebanding dengan kejahatan Nazi. Meskipun menghadapi penghancuran besar akibat agresi militer Israel, rakyat Palestina tetap teguh mempertahankan tanah air mereka. Mereka tidak melarikan diri atau bermigrasi, tetapi malah menjadi pelindung bagi perlawanan mereka.

Israel, di sisi lain, disebut hanya mendapatkan "kehancuran, kerusakan, dan pembantaian" dalam agresinya terhadap Gaza. Menurut Al Hayya, meskipun Israel mendapatkan tawanan melalui kesepakatan pertukaran sandera, Gaza tetap berdiri kokoh dan akan dibangun kembali setelah kehancuran yang ditimbulkan perang tersebut.

Peran Penting Negara-negara Pendukung Palestina
Selain menyampaikan rasa terima kasih kepada negara-negara yang telah mendukung Palestina, Al Hayya juga memuji kelompok-kelompok seperti Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon, dan Iran yang telah memberikan dukungan kepada Gaza. Tidak ketinggalan, ia mengapresiasi peran penting Qatar dan Mesir dalam perundingan gencatan senjata, yang sejak awal berkomitmen untuk menghentikan agresi Israel terhadap Palestina.

Dampak Agresi Israel dan Perjalanan Gencatan Senjata
Agresi militer Israel terhadap Gaza, yang dianggap sebagai salah satu bencana kemanusiaan terbesar abad ini, telah menyebabkan lebih dari 156 ribu korban jiwa, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Selain itu, lebih dari 11 ribu orang dilaporkan hilang, dan ribuan lainnya mengalami luka-luka. Kehancuran besar-besaran ini memicu krisis kemanusiaan yang belum ada bandingannya, di mana banyak warga Palestina yang kini hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.

Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengumumkan bahwa gencatan senjata ini akan berlangsung selama 42 hari, dengan fase pertama mencakup pembebasan tawanan dan akses kemanusiaan ke Gaza. Kesepakatan ini memberikan harapan bahwa perdamaian sementara dapat tercapai, namun perjalanan menuju perdamaian yang abadi di Gaza masih panjang dan penuh tantangan.

Harapan Baru untuk Gaza dan Palestina
Meski kesepakatan gencatan senjata ini memberikan kesempatan untuk menghentikan kekerasan sementara, jalan menuju perdamaian yang sejati masih membutuhkan kerja keras dan dukungan internasional yang berkelanjutan. Dengan keberlanjutan dukungan dari negara-negara sahabat seperti Indonesia dan negara-negara lainnya, rakyat Palestina tetap berharap bahwa keadilan dan kedamaian bisa terwujud di tanah air mereka yang tercinta. Gaza mungkin hancur, namun semangat perlawanan dan tekad untuk membangun kembali tidak akan pernah pudar. (*)


Kategori :