Jepang Dilanda Krisis Populasi, Pakar Prediksi Kepunahan Jika Tren Berlanjut

Kamis 06 Feb 2025 - 15:38 WIB
Reporter : Adi Pabara
Editor : Budi Setiawan

Dalam masyarakat Jepang yang sangat menekankan budaya kerja keras, perempuan merasa kesulitan untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan keluarga, yang menyebabkan mereka enggan untuk memiliki anak.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi juga memainkan peran besar. Harga perumahan yang sangat mahal, biaya pendidikan yang tinggi, serta kurangnya dukungan sosial bagi keluarga muda membuat pasangan muda merasa bahwa memiliki anak adalah suatu beban yang terlalu besar. 

Sementara itu, kurangnya fasilitas dan kebijakan yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan keluarga, seperti cuti melahirkan yang lebih panjang atau subsidi biaya pengasuhan anak, semakin memperburuk keadaan.

Pemerintah Jepang telah mencoba untuk mengatasi masalah ini dengan berbagai kebijakan, seperti memberikan insentif keuangan kepada keluarga yang memiliki anak, memperkenalkan kebijakan cuti melahirkan yang lebih baik, serta meningkatkan akses ke fasilitas perawatan anak. 

Namun, meskipun ada upaya tersebut, perubahan signifikan belum terlihat, dan masalah ini tetap menjadi tantangan besar bagi negara tersebut.

Bila tren penurunan kelahiran ini terus berlanjut, maka tidak hanya populasi Jepang yang akan terancam, tetapi juga stabilitas sosial dan ekonomi negara tersebut. 

Negara dengan populasi yang semakin menua akan menghadapi berbagai masalah, seperti kekurangan tenaga kerja, meningkatnya beban pensiun dan kesehatan, serta berkurangnya daya saing global.

Para ahli memperingatkan bahwa jika Jepang tidak segera mengambil langkah-langkah lebih agresif untuk mengatasi krisis ini, masa depan bangsa tersebut bisa terguncang. 

Krisis populasi ini bukan hanya masalah demografis, melainkan juga tantangan yang dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan masyarakat Jepang, mulai dari ekonomi, sosial, hingga kebudayaan.

Oleh karena itu, Jepang harus segera merumuskan kebijakan yang lebih inklusif dan berpihak kepada keluarga muda, memperbaiki kondisi kerja bagi perempuan, serta menciptakan lingkungan yang lebih ramah keluarga untuk mencegah lebih banyak orang memilih untuk tidak memiliki anak. 

Waktu semakin terbatas, dan krisis ini bisa menjadi bencana besar jika tidak segera diatasi dengan serius.(*)

Kategori :