Ini Alasan BRIN Prediksi Awal Ramadhan 2025 Berbeda

Rabu 26 Feb 2025 - 15:05 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

Radarlambar.bacakoran.co- Awal Ramadhan 1446 Hijriah diprediksi berpotensi berbeda di Indonesia berdasarkan perhitungan astronomi yang dilakukan oleh berbagai lembaga.

Pakar astronomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan awal puasa jatuh pada 2 Maret 2025, sementara Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan pada 1 Maret 2025. Kementerian Agama akan menentukan keputusan akhir melalui Sidang Isbat pada 28 Februari 2025.

Perhitungan Astronomi BRIN dan BMKG  

Berdasarkan analisis astronomi, posisi Bulan saat matahari terbenam pada 28 Februari 2025 berada pada ketinggian yang bervariasi di beberapa wilayah Indonesia. Di Banda Aceh, ketinggian Bulan diperkirakan mencapai 4,5 derajat dengan elongasi 6,4 derajat, sementara di Surabaya, ketinggian Bulan mencapai 3,7 derajat dengan elongasi 5,8 derajat.  

Kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) menyebutkan bahwa hilal dapat teramati jika memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Dengan posisi ini, kemungkinan besar hilal sulit terlihat, sehingga awal Ramadhan diprediksi jatuh pada 2 Maret 2025.  

BMKG juga mencatat bahwa ketinggian hilal di berbagai wilayah Indonesia berkisar antara 3,02 derajat di Merauke hingga 4,69 derajat di Sabang. Elongasi hilal juga beragam, dengan angka terendah 4,78 derajat di Waris, Papua, hingga tertinggi 6,4 derajat di Banda Aceh. Selain itu, umur Bulan pada saat matahari terbenam berkisar antara 8,16 hingga 11,11 jam.  

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengamatan hilal adalah keberadaan objek astronomis lain di sekitar Bulan, seperti planet Venus, Merkurius, dan bintang terang seperti Sirius. Pada 28 Februari 2025, Saturnus dan Merkurius akan berada kurang dari 10 derajat dari Bulan, yang dapat menambah kesulitan dalam observasi.

Penetapan Muhammadiyah dan Sidang Isbat Kemenag  

Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa pada 1 Maret 2025 berdasarkan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal. Metode ini menentukan awal bulan Hijriah ketika hilal sudah berada di atas ufuk, tanpa mempertimbangkan apakah hilal dapat terlihat atau tidak.  

Sementara itu, Kementerian Agama akan menggelar Sidang Isbat pada 28 Februari 2025 untuk menentukan awal Ramadhan bagi umat Islam di Indonesia. Data hisab menunjukkan bahwa ijtimak atau konjungsi terjadi pada hari tersebut sekitar pukul 07.44 WIB. Saat matahari terbenam, ketinggian hilal di seluruh Indonesia diperkirakan antara 3° 5,91' hingga 4° 40,96', dengan elongasi antara 4° 47,03' hingga 6° 24,14'.  

Hasil hisab ini akan dikonfirmasi melalui pemantauan hilal atau rukyatul hilal yang dilakukan di berbagai titik di Indonesia. Jika hilal terlihat, maka awal Ramadhan akan dimulai pada 1 Maret 2025. Namun, jika tidak ada laporan hilal yang valid, maka kemungkinan besar puasa baru dimulai pada 2 Maret 2025.  

Dengan adanya potensi perbedaan ini, masyarakat diimbau untuk menunggu hasil resmi Sidang Isbat yang akan diumumkan oleh pemerintah.(*)

Kategori :