Keanggunan Baju Adat Lampung: Pesona Saibatin dan Pepadun

Minggu 30 Mar 2025 - 08:31 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Lampung, provinsi di ujung selatan Pulau Sumatera, memiliki kekayaan budaya yang begitu memikat, salah satunya tercermin dalam pakaian adatnya. Baju adat Lampung terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu Saibatin dan Pepadun. Keduanya tidak sekadar busana tradisional, melainkan juga simbol kearifan lokal, status sosial, serta warisan nilai-nilai luhur. Mari kita telusuri lebih dalam tentang keunikan dan makna di balik setiap detailnya!

Baju Adat Saibatin: Kemegahan Tradisi Pesisir

Masyarakat Saibatin mendiami kawasan pesisir Lampung seperti Pesisir Krui, Liwa, hingga Jabung. Filosofi Saibatin mengedepankan prinsip kepemimpinan tunggal, yang tercermin dalam pakaian adatnya yang berwarna merah berani, melambangkan kekuatan dan keberanian.

Untuk pria:

Memakai baju putih berlengan panjang yang dilengkapi jas sebagai simbol kesederhanaan dan kewibawaan.

Bagian bawahnya dilengkapi kain tumpal bercorak khas, dikenakan hingga sebatas lutut.

Ikat pinggang buduk dan keris yang diselipkan di sisi pinggang menegaskan posisi sosial pemakainya.

Di kepala, terdapat ikat pukuk atau kikat, yang melambangkan kebijaksanaan dan tanggung jawab.


Untuk wanita:

Mengenakan baju berbahan beludru yang kaya akan hiasan manik-manik, memancarkan keanggunan.

Aksesoris khas seperti kakalah bangkang, papan jajar, dan gelang rui mempercantik penampilan.

Mahkota siger menjadi pusat perhatian, melambangkan kehormatan dan kemuliaan perempuan Saibatin.


Baju Adat Pepadun: Cerminan Keharmonisan Pedalaman

Berbeda dengan Saibatin, masyarakat Pepadun mendiami wilayah pedalaman seperti Abung, Pubian, dan Way Kanan. Konsep Pepadun menitikberatkan pada musyawarah dan keseimbangan, yang tercermin dalam dominasi warna putih pada pakaian adatnya — simbol kesucian dan kedamaian.

Keunikan Pepadun terletak pada detail aksesori penuh makna:

Bebe: Sulaman khas di bahu, dipercaya membawa perlindungan dari energi negatif.

Buah jukun: Ornamen melingkar dari bahu ke pinggang, melambangkan keteraturan hidup.

Bulan temenggal: Hiasan kepala berbentuk tanduk yang menggambarkan keteguhan dan keteduhan hati.

Siger: Mahkota yang menjadi simbol kehormatan dan kejayaan perempuan Pepadun.
Keris: Senjata tradisional yang melambangkan keberanian serta kesiapan membela kehormatan.
Setiap helai kain, setiap hiasan, dan setiap warna yang digunakan dalam baju adat Saibatin dan Pepadun mengandung makna mendalam yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pakaian ini bukan sekadar simbol identitas, melainkan juga ekspresi rasa hormat terhadap adat istiadat yang tetap lestari hingga kini.

Keelokan baju adat Lampung bukan hanya terletak pada keindahan visualnya, melainkan juga dalam nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Semoga artikel ini menginspirasi kita untuk terus melestarikan warisan budaya Nusantara yang begitu kaya dan memikat!. (*)

Kategori :