Radarlambar.bacakoran.co- Kementerian Kesehatan Meksiko mencatat kasus pertama infeksi belatungan atau myiasis pada manusia. Kasus ini ditemukan pada seorang perempuan lansia berusia 77 tahun di wilayah Acacoyagua, selatan negara bagian Chiapas. Kejadian tersebut menjadi perhatian karena infeksi ini lebih umum terjadi pada hewan ternak, bukan manusia.
Myiasis merupakan kondisi infeksi akibat larva lalat yang berkembang di jaringan tubuh makhluk hidup. Larva ini, yang dikenal sebagai screwworm, biasanya memakan jaringan inangnya dan menyebabkan benjolan atau luka terbuka di kulit. Meski umumnya tidak menyebar ke seluruh tubuh, larva tersebut bisa bergerak di bawah permukaan kulit dan menimbulkan rasa sakit atau ketidaknyamanan.
Kasus infeksi ini kerap ditemukan di wilayah tropis dan subtropis, terutama pada individu dengan luka terbuka yang tidak tertutup atau tidak dirawat dengan baik. Risiko infeksi meningkat saat berada di lingkungan yang lembap dan tidak higienis. Lalat dapat menempatkan telurnya di sekitar luka, hidung, atau telinga. Setelah menetas, larva masuk ke jaringan tubuh manusia dan mulai berkembang biak.
Beberapa spesies lalat bahkan menempatkan telurnya pada serangga lain seperti nyamuk atau kutu. Ketika serangga tersebut menggigit manusia, larva pun berpindah dan mulai menginfeksi. Di Afrika, metode penyebaran lain tercatat melalui larva yang menempel pada pakaian atau kain lembap yang dijemur di tanah.
Kasus serupa juga pernah ditemukan di Indonesia, namun umumnya terjadi pada hewan ternak dan disebabkan oleh lalat Chrysomya bezziana. Meski begitu, prinsip penularannya tetap serupa, yakni melalui perpindahan larva ke jaringan tubuh makhluk hidup.
Infeksi myiasis tidak menular langsung antar manusia. Namun, penyebarannya bisa melibatkan serangga seperti lalat, nyamuk, dan kutu yang menjadi perantara.
Penanganan medis diperlukan untuk mengangkat larva dari tubuh, biasanya melalui prosedur pembedahan kecil. Setelah itu, luka harus dibersihkan setiap hari hingga sembuh sepenuhnya.
Untuk mencegah infeksi, masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan luka terbuka, menggunakan pakaian tertutup di area rawan, serta menghindari menjemur pakaian langsung di tanah. Penggunaan pengusir serangga dan perlengkapan yang telah dirawat dengan bahan aktif seperti permetrin juga dapat membantu mengurangi risiko terpapar.
Munculnya kasus ini menjadi pengingat pentingnya kewaspadaan terhadap penyakit yang mungkin terabaikan, terlebih di daerah dengan kondisi lingkungan yang mendukung berkembangnya serangga pembawa penyakit.(*)