Ancaman Ekonomi Membayangi: RI Hadapi Perlambatan-Serbuan Produk

Minggu 11 May 2025 - 20:12 WIB
Reporter : Rinto Arius

Radarlambar.bacakoran.co – Di tengah semangat menyambut arah baru kebijakan ekonomi nasional, Indonesia justru dihadapkan pada tantangan serius di awal tahun 2025. Alih-alih menunjukkan akselerasi, perekonomian justru melambat. Data kuartal I-2025 mencatat pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 4,87% secara tahunan (year-on-year).

Capaian ini memunculkan kekhawatiran di berbagai kalangan, terutama karena tidak mencapai target ambisius di atas 5% yang sebelumnya dicanangkan oleh pemerintahan Presiden Prabowo. Realisasi yang meleset tersebut menjadi indikasi melemahnya daya dorong pertumbuhan nasional akibat tekanan yang datang dari berbagai arah, baik global maupun domestik.

Tekanan Global dan Efek Domino ke Ekonomi Nasional

Salah satu pemicu utama perlambatan ini adalah memburuknya situasi ekonomi global. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, menciptakan ketidakpastian yang berkepanjangan. Dampaknya tidak hanya dirasakan oleh kedua negara, tetapi juga merembet ke banyak negara lain—termasuk Indonesia.

Perang dagang yang berkecamuk telah mengacaukan rantai pasok global. Proses pengiriman barang menjadi lebih lambat, waktu pengadaan bahan baku membengkak, dan distribusi produk terganggu. Akibatnya, pelaku industri dalam negeri harus menghadapi lonjakan biaya produksi dan tantangan logistik, baik dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Banjir Produk Impor & Tekanan Nilai Tukar

Di saat yang sama, Indonesia juga menghadapi gempuran produk-produk impor, terutama dari China. Produk asing dengan harga murah dan jumlah besar masuk ke pasar domestik, menekan daya saing industri nasional, khususnya di sektor manufaktur dan barang konsumen.

Situasi ini semakin diperparah oleh tekanan terhadap nilai tukar Rupiah yang terus menunjukkan tren pelemahan. Fluktuasi kurs menjadi beban tambahan bagi pelaku usaha, khususnya yang bergantung pada bahan baku atau komponen impor. Ketidakpastian ini membuat perencanaan bisnis menjadi lebih sulit, sementara persaingan di pasar bebas terus meningkat.

Dunia Usaha Desak Pemerintah Bertindak

Melihat situasi yang kian menantang, pelaku usaha mendorong pemerintah untuk mengambil langkah-langkah strategis. Salah satu fokus utama adalah penguatan diplomasi ekonomi, terutama dalam menjalin negosiasi dagang dengan mitra utama seperti Amerika Serikat. Diharapkan, upaya ini mampu membuka peluang pengurangan tarif impor terhadap produk-produk Indonesia.

Selain itu, pemerintah juga dinilai perlu lebih selektif dalam kebijakan perdagangannya, dengan memperkuat perlindungan pasar domestik dari produk-produk impor yang membanjiri pasar. Langkah ini penting untuk menciptakan ruang pertumbuhan yang adil bagi industri dalam negeri agar tetap bisa bertahan dan berkembang.

Ujian Ketahanan dan Kebutuhan Reformasi Struktural

Kondisi saat ini sejatinya menjadi ujian ketahanan bagi pelaku usaha nasional. Dunia usaha dituntut untuk segera melakukan penyesuaian dan perbaikan strategi agar bisa tetap bersaing di tengah tekanan. Hal ini mencakup diversifikasi rantai pasok, efisiensi operasional, hingga peningkatan kualitas produk agar mampu menandingi produk impor.

Lebih dari itu, situasi ini menjadi alarm penting bagi pemerintah untuk mempercepat agenda reformasi struktural. Hilirisasi industri, peningkatan daya saing sumber daya manusia, serta penciptaan iklim investasi yang sehat menjadi langkah kunci untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional.

Tanpa langkah-langkah transformatif, ketergantungan terhadap kondisi eksternal hanya akan menjadikan Indonesia semakin rentan terhadap gejolak global di masa depan. (*/rinto)

Kategori :