Potret Ibadah Haji dari Luar Angkasa: Refleksi Seorang Astronaut tentang Iman dan Kemanusiaan

Sabtu 07 Jun 2025 - 17:04 WIB
Reporter : Edi Prasetya
Editor : Edi Prasetya

Radarlambar.bacakoran.co- Pada saat jutaan umat Islam memadati Padang Arafah dalam prosesi wukuf, salah satu rukun Haji yang paling sakral, sebuah potret menakjubkan datang dari luar angkasa. Sultan Al-Neyadi, astronaut asal Uni Emirat Arab yang saat ini berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), membagikan momen ibadah Haji dari perspektif langit.

Dari orbit bumi, Al-Neyadi menyaksikan pergerakan jemaah di Tanah Suci yang menurutnya bukan hanya sebuah prosesi keagamaan, tetapi pengingat universal tentang arti keyakinan yang hidup dalam tindakan dan renungan. Ia menyampaikan refleksi spiritual yang menyentuh, bahwa Hari Arafah seharusnya menjadi momentum bagi seluruh umat manusia untuk menumbuhkan cinta, kerendahan hati, dan persatuan lintas batas.

Sosok Al-Neyadi sendiri dikenal aktif membagikan pengalaman spiritualnya selama menjalankan misi luar angkasa. Selain dokumentasi visual dari ibadah Haji, ia sebelumnya pernah membagikan potret Bumi dengan bulan sabit pertama di awal tahun baru Hijriah. Dalam unggahan tersebut, ia menuliskan harapan agar setiap orang melihat tahun baru sebagai senja dari awal yang baru—sebuah kesempatan untuk tumbuh, menemukan hal baru, dan memaknai hidup dengan cara yang lebih dalam.

Kehadirannya di luar angkasa menambah catatan penting bagi sejarah umat Islam dalam dunia sains. Sebelumnya, Pangeran Sultan bin Salman Al-Saud dari Arab Saudi menjadi Muslim pertama yang menjalani misi luar angkasa pada tahun 1985, juga bertepatan dengan bulan Ramadan. Kini, Al-Neyadi melanjutkan tradisi itu, tidak hanya sebagai ilmuwan, tetapi sebagai pembawa pesan tentang makna spiritual yang tetap hidup meski berada jauh dari Bumi.

Dalam misinya, Al-Neyadi juga terlibat dalam sejumlah eksperimen ilmiah, mulai dari studi tentang efek radiasi, gangguan tidur, hingga penelitian terkait material baru. Namun, di antara kesibukan teknisnya, ia tetap menunjukkan sisi lain dari kemanusiaan—menyampaikan bahwa ilmu dan iman bisa berjalan beriringan, dan bahwa langit bukanlah batas bagi pencarian makna yang lebih dalam tentang kehidupan.(*)

Kategori :