Perang Terbuka Israel-Iran Meledak: Mengapa Korban di Iran Lebih Banyak?

Selasa 17 Jun 2025 - 15:23 WIB
Reporter : Nopriadi
Editor : Nopriadi

Radarlambar.bacakoran.co -Konflik yang telah lama membara akhirnya pecah menjadi perang terbuka. Pada 13 Juni 2025, dunia dikejutkan oleh serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel ke lebih dari 12 titik strategis di Iran, melalui operasi militer bertajuk Operation Rising Lion. Tak tinggal diam, Iran membalas dengan Operation True Promise III. Sejak saat itu, serangan demi serangan terus terjadi setiap hari hingga 17 Juni, tanpa tanda-tanda akan mereda.

Korban pun berjatuhan. Namun, ada yang mencolok dalam eskalasi ini: jumlah korban di Iran jauh lebih besar dibandingkan di Israel. Hingga pertengahan Juni, serangan Israel menewaskan lebih dari 220 orang dan melukai hampir 1.500 lainnya di Iran—sebagian besar warga sipil. Sebaliknya, serangan balasan Iran hanya menewaskan sekitar 18 orang di Israel dan melukai kurang dari 200.

Apa yang membuat dampak serangan di Iran jauh lebih parah? Sejumlah faktor teknis dan strategis menjadi penyebab utama ketimpangan ini.

Strategi dan Teknologi: Keunggulan Udara Israel
Israel tidak hanya menyerang dengan kekuatan besar, tetapi juga dengan presisi tinggi. Operasi dilancarkan dengan melibatkan ratusan pesawat tempur dan ratusan rudal serta bom berpemandu presisi tinggi. Targetnya bukan sembarangan—fasilitas nuklir, markas elite militer Iran, hingga kediaman para ilmuwan dan jenderal tinggi. Banyak tokoh penting Iran dilaporkan tewas dalam serangan awal ini.

Keunggulan teknologi militer Israel juga terlihat dari kemampuannya mengecoh sistem pertahanan udara Iran. Dengan teknik pengelabuan radar, penggunaan drone siluman, hingga koordinasi intelijen yang rapi, Israel mampu menghancurkan target di jantung kota-kota besar Iran seperti Teheran dan Isfahan.

Serangan Balasan Iran: Masif Tapi Terbatas
Iran merespons dengan peluncuran ratusan rudal balistik dan drone ke wilayah Israel. Target utamanya adalah instalasi militer dan pusat intelijen. Namun efektivitas serangan ini jauh lebih rendah. Sistem pertahanan udara multilapis milik Israel—termasuk Iron Dome, David’s Sling, dan Arrow—berhasil mencegat sebagian besar rudal yang datang.

Meskipun tidak menimbulkan kerusakan besar secara fisik, serangan Iran dianggap memiliki efek simbolik. Itu membuktikan bahwa mereka masih bisa melawan, walau dengan risiko tinggi dan hasil yang tak sebanding.

Kenapa Iran Lebih Banyak Makan Korban?
Perbedaan jumlah korban yang begitu signifikan bukan tanpa alasan. Ada empat faktor kunci yang menjelaskan mengapa Iran mengalami kerugian lebih besar:

Kesenjangan Teknologi Pertahanan Udara
Iran masih tertinggal dalam hal sistem pertahanan canggih. Walau memiliki rudal S-300 buatan Rusia, Iran belum mampu menghadapi serangan udara berlapis dan presisi seperti milik Israel.

Skala dan Intensitas Serangan Israel
Israel melancarkan serangan dalam volume besar dan waktu singkat. Pendekatan ofensif ini menciptakan kehancuran luas, terutama di kawasan urban, yang meningkatkan jumlah korban sipil.

Kepadatan dan Lokasi Target
Banyak target strategis Iran berada di dalam kota padat penduduk. Serangan ke fasilitas militer dan ilmiah yang berdekatan dengan kawasan sipil menyebabkan dampak fatal. Sebaliknya, Israel menempatkan instalasi militernya jauh dari area sipil.

Infrastruktur Perlindungan Sipil yang Kontras
Israel unggul dalam sistem perlindungan sipil. Sirene peringatan, bunker, dan latihan evakuasi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari warga. Di Iran, kesiapan seperti ini belum terbangun secara menyeluruh.

Ketimpangan yang Menjadi Alarm Dunia
Perang ini bukan hanya soal kekuatan senjata, tetapi juga soal kesiapan negara melindungi rakyatnya. Ketimpangan ini memperlihatkan bahwa dalam konflik modern, teknologi dan strategi presisi dapat menentukan jumlah nyawa yang terselamatkan atau hilang. Dan sejauh ini, Israel unggul dalam hampir semua aspek itu.

Namun di balik keunggulan militer, perang tetaplah membawa penderitaan. Kebanyakan korban adalah warga sipil yang tak berdosa—guru, atlet, pekerja biasa, hingga anak-anak. Mereka menjadi saksi bisu dari konflik dua negara yang sudah lama berseteru.

Jika eskalasi terus meningkat dan sekutu seperti Amerika Serikat ikut turun tangan, dampak perang ini bisa menjadi jauh lebih luas dan mengerikan. (*)

Kategori :