Pemkab Diminta Perjuangkan Tambahan Kuota BBM Pertalite

Kamis 26 Jun 2025 - 18:04 WIB
Reporter : Rinto Arius
Editor : Nopriadi

WAY TENONG – Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Lampung Barat terus melonjak, terutama untuk sektor pertanian dan perkebunan. Sejumlah pengelola SPBU mendesak agar Pemkab dan DPRD setempat tidak hanya menyampaikan dukungan secara lisan, tapi juga mengambil langkah konkret dengan mengajukan penambahan kuota ke PT Pertamina (Persero).

Salah satunya disampaikan pengelola SPBU Tambakjaya, Kecamatan Way Tenong. Saat ini, SPBU tersebut hanya mendapat pasokan Pertalite sebanyak 88 ribu liter per bulan. Jumlah itu setara dengan satu mobil tangki berkapasitas 8.000 liter yang dikirim setiap tiga hari.

“SPBU kami berada di jalur nasional lintas barat yang cukup padat. Tapi pasokan Pertalite yang kami terima masih sangat terbatas dan tidak sesuai dengan kebutuhan riil di lapangan,” kata salah satu pengelola.

Hal serupa juga terjadi di SPBU satu harga di Kecamatan Pagardewa, Air Hitam, dan Kebun Tebu. Di wilayah ini, BBM tidak hanya digunakan untuk kendaraan pribadi, tetapi juga untuk mendukung kegiatan pertanian seperti mesin penggiling kopi. Pasokan yang hanya satu tangki setiap dua hari dinilai jauh dari cukup.

Minimnya distribusi BBM kerap memicu antrean dan keluhan masyarakat. Pengelola SPBU pun berharap ada dorongan nyata dari pemerintah daerah agar kuota bisa ditambah.

Menanggapi hal itu, Kabag Sumber Daya Alam Sekretariat Pemkab Lambar, Bernaria S.Sos. M.M., mengatakan pihaknya mendukung penuh penambahan kuota sesuai kebutuhan lapangan. Menurut dia, lonjakan permintaan BBM terjadi seiring naiknya harga jual kopi serta membaiknya hasil panen tahun ini.

“Permintaan meningkat karena aktivitas pengolahan hasil perkebunan juga naik. Ini harus direspons cepat,” ujarnya.

Sementara itu, anggota DPRD Lambar, Harun Roni, juga menyoroti panjangnya antrean kendaraan di hampir semua SPBU. Ia menilai peningkatan pasokan BBM sangat mendesak agar kegiatan ekonomi masyarakat, khususnya di sektor pertanian dan perkebunan, tidak terganggu.

“Kopi adalah komoditas utama masyarakat. Jangan sampai produktivitas turun hanya karena kekurangan BBM,” tandasnya. (rinto/nopri)

Kategori :