PESISIR TENGAH - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pesisir Barat (Pesbar), telah merampungkan pendataan lahan pertanian yang terdampak banjir di sejumlah wilayah. Inventarisasi itu menjadi langkah penting untuk mengetahui kondisi riil tanaman padi di lapangan, sekaligus dasar untuk menentukan langkah mitigasi serta upaya antisipasi kerugian lebih lanjut bagi para petani.
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura DKPP Pesbar, Muchtar Husin, S.P., menjelaskan pihaknya telah menurunkan tim untuk melakukan pengecekan langsung di beberapa kecamatan yang terdampak. Hasilnya menunjukkan adanya variasi kondisi tanaman, mulai dari aman hingga mengalami kerusakan dengan total tanaman padi di lahan sawah yang terdampak itu sekitar 27,5 hektare.
“Kami sudah menyelesaikan inventarisasi tanaman padi yang terdampak banjir. Dari data yang dihimpun, ada beberapa titik dengan kondisi berbeda, sebagian masih aman dan sebagian lainnya rusak,” ujarnya, Rabu, 10 September 2025.
Dikatakannya, seperti di Kecamatan Pesisir Selatan, tepatnya di Pekon Tanjung Raya, terdapat dua kondisi berbeda pada tanaman padi yang sama-sama berumur sekitar dua bulan. Lahan seluas lima hektare masih aman dan bisa dipertahankan, namun ada satu hektare lainnya yang mengalami kerusakan parah akibat genangan air.
“Situasi ini menunjukkan betapa dampak banjir tidak selalu seragam, bahkan dalam satu wilayah pekon sekalipun,” jelasnya.
Masih di kecamatan yang sama, kata dia, kondisi cukup memprihatinkan juga terlihat di Pekon Marang, khususnya wilayah Kupang Ilir (Peranginan). Di lokasi tersebut, lahan seluas 0,5 hektare dengan tanaman padi yang diperkirakan akan dipanen dalam waktu 10 hari justru sudah roboh akibat tingginya curah hujan dan luapan air. Selain itu, di Pekon Marang juga terdapat 15 hektare tanaman yang baru berumur 15 hari terendam air.
“Namun, kami masih menunggu perkembangan lebih lanjut apakah tanaman ini bisa pulih atau akan rusak permanen,” kata Muchtar.
Dikatakannya, berbeda dengan dua wilayah tersebut, tanaman padi di Pekon Way Jambu dan Tulung Bamban masih dilaporkan aman. Petani di sana relatif lebih beruntung karena kondisi lahan tidak terlalu parah terdampak banjir. Sementara di Kecamatan Ngambur, hasil inventarisasi mencatat adanya 9 hektare tanaman padi yang siap panen di Pekon Negeri Ratu Ngambur. Namun, sekitar dua hektare di antaranya mengalami kerusakan karena tanaman roboh.
“Sedangkan di Pekon Sumber Agung, terdapat 6 hektare tanaman berumur 100 hari yang terendam air. Ini juga perlu diwaspadai karena biasanya genangan dalam waktu lama akan berdampak pada kualitas hasil panen,” tambahnya.
Kondisi lebih stabil tercatat di Kecamatan Pesisir Tengah. Laporan sementara menunjukkan lahan pertanian di wilayah ini dalam keadaan aman. Hanya saja, di Kecamatan Krui Selatan, tepatnya di Pekon Balai Kencana (Atas Saral), ada tiga hektare tanaman siap panen yang ikut terendam banjir. Meskipun demikian, petani di wilayah tersebut langsung mengambil langkah cepat dengan memanen lebih awal untuk mengurangi potensi kerugian.
“Dari hasil pengecekan lapangan, lahan pertanian di wilayah ini relatif aman tanpa adanya laporan kerusakan berarti,” jelasnya.
Masih kata dia, kondisi serupa belum sepenuhnya dirasakan di Kecamatan Way Krui. Meski tidak ada laporan tanaman rusak parah, jaringan irigasi di wilayah tersebut diketahui mengalami kerusakan. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan air untuk lahan pertanian, sehingga perlu segera mendapat perhatian. Secara umum, memang sebagian besar lahan yang terdampak banjir masih bisa ditangani.
“Kami tetap akan terus melakukan pemantauan, terutama di titik-titik yang masih tergenang atau memiliki potensi kerusakan susulan,” ujarnya.
Ditambahkannya, pihaknya juga melihat banyak petani yang langsung memanen padinya. Itu pilihan bijak karena jika menunggu lebih lama, risiko kerusakan justru bisa meningkat. Inventarisasi yang dilakukan DKPP Pesbar menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban, data tersebut juga akan menjadi acuan dalam mengambil langkah lanjutan, baik terkait dukungan teknis, bantuan, maupun kebijakan penanggulangan dampak banjir di sektor pertanian.
“Kami juga berharap dengan data ini, semua pihak bisa lebih siap dalam mengambil keputusan. Bagi petani, yang terpenting adalah bisa menyelamatkan hasil panen meskipun tidak maksimal,” pungkasnya. (yayan/*)