4. Cat scratch disease
Salah satu penyakit yang paling sering terjadi saat memelihara kucing adalah cat scratch disease. Penyakit ini juga disebut bartonellosis ini disebabkan karena infeksi bakteri Bartonella henselae.
Bakteri ini bahkan mudah menular melalui gigitan atau cakaran kucing yang terinfeksi. Selain itu juga perpindahan bakteri juga terjadi saat kalian membelai bulu kucing yang baru saja menjilat tubuhnya.
Penyakit infeksi ini dapat menyebabkan sakit kepala, demam, bahkan benjolan di sekitar gigitan atau cakaran. Gejala tersebut biasanya muncul dalam 1 minggu setelah terinfeksi.
5. Infeksi Campylobacter
Biasanya, bakteri Campylobacter hidup di dalam saluran pencernaan pada kucing. Kalian bisa terinfeksi bakteri ini jika menyentuh feses atau bulu kucing yang terkontaminasi.
Dikutip dari CDC, penyakit yang disebut campylobacteriosis ini lebih banyak dialami anak-anak berusia di bawah 6 tahun, lansia di atas 60 tahun, serta orang dengan sistem imun yang lemah.
Infeksi Campylobacter dapat menunjukkan gejala, diantaranya diare yang disertai darah, demam, mual, muntah, bahkan kram perut. Gejala ini biasanya bisa berlangsung selama satu minggu bahkan lebih.
6. Toksoplasmosis
Ada Satu lagi bahaya bulu kucing yang kerap kita diwaspadai yaitu toksoplasmosis. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Toxoplasma gondii pada kotoran kucing yang terinfeksi.
Parasit pada kotoran dapat menempel di bulu kucing, kemudian menginfeksi saat Anda membelainya.
Siapa pun bisa mengalami toksoplasmosis, tetapi kondisi ini lebih perlu diwaspadai oleh orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah dan ibu hamil.
Ibu hamil yang juga terinfeksi toksoplasma dapat menularkannya pada janin. Infeksi pada janin dapat menyebabkan komplikasi, seperti kelahiran prematur, cacat lahir bahkan sampai keguguran.