Ternyata yang Menemukan Fondasi Cakar Ayam Pertama Dari Indonesia

Prof. Ir. Sedijatmo. Sumber : Dok/net--

Radarlmbar.bacakoran.co - Fondasi cakar ayam salah satu inovasi teknik bangunan yang kini banyak digunakan karena terjamin kekokohannya. Bukan hanya di Indonesia, pembuatan fondasi ini sudah diterapkan di banyak negara seperti Amerika Serikat, Jerman, serta Inggris.

Yang paling menarik, fondasi ini sebenarnya merupakan hasil karya seorang insinyur dari Indonesia, Prof. Ir. Sedijatmo. Dirinya menciptakan fondasi cakar ayam pada tahun 1962 ketika bekerja di PLN.

Penemuan ini bermula dari tugas besar yang memang harus diselesaikan saat memimpin proyek pembangunan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Tanjung Priok. Saat itu, Prof. Sedijatmo menghadapi masalah yang besar,  tiang transmisi listrik untuk Asian Games 1962 harus dipasang di atas tanah lunak di bagian daerah Ancol. Waktu semakin mepet, serta metode fondasi yang biasa dipakai dinilai kurang cocok untuk kondisi tanah tersebut.

Ide yang brilian ini muncul justru saat dirinya sedang berpiknik dengan keluarganya di pantai Cilincing, Jakarta Utara. Saat melihat pohon kelapa yang kokoh berdiri di tanah berpasir meski berakar serabut, dirinya mendapat inspirasi. Prof. Sedijatmo menyadari kalau akar serabut yang mencengkeram tanah secara luas ternyata lebih efektif menahan pohon dari pada akar tunjang yang panjang dan langsung mencapai tanah yang keras.

Dari situ lahirlah ide untuk membuat fondasi yang menyerupai seperti akar serabut. Sistem ini menggunakan pipa-pipa beton yang ditanam tegak dalam tanah dengan pelat beton di bagian atasnya, menciptakan fondasi kuat yang mampu menopang beban besar. 

Hasilnya, proyek transmisi listrik selesai dan tepat waktu, serta sistem fondasi cakar ayam pun menjadi solusi revolusioner.

Penemuan ini tidak hanya terbukti berhasil bagi proyeknya, hak paten penemuannya ini didaftarkan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Prancis, Italia, serta Jerman. Dilansir dari Himpunan Mahasiswa Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, sistem fondasi ini memiliki keunggulan seperti tidak memerlukan sistem drainase serta itu mampu menopang beban hingga 600 ton per kolomnya, dan bisa digunakan untuk fondasi pembangunan jalan.(*)

Tag
Share