Beban Utang Berat Mengancam Banyak Perusahaan di Rusia, Kebangkrutan Masif Bisa Terjadi
Presiden Rusia Vladimir Putin saat menghadiri pertemuan di Beijing. Foto/Net--
Radarlambar.bacakoran.co- Para pakar ekonomi memberikan peringatan bahwa perusahaan-perusahaan Rusia saat ini tengah menghadapi tekanan utang yang sangat besar, yang dapat memicu gelombang kebangkrutan massal.
Industri di berbagai sektor, termasuk industri pertahanan yang vital bagi negara, berada dalam risiko gagal bayar pinjaman akibat tingginya suku bunga yang berlaku.
Sergey Chemezov, pemimpin konglomerat milik negara Rostec, menyatakan bahwa perusahaan di sektor pertahanan bisa segera mengalami kebangkrutan jika suku bunga tetap tinggi.
Ia menjelaskan bahwa pembayaran untuk pesanan di muka hanya mencakup sebagian kecil biaya produksi, sementara sisanya harus dipenuhi melalui pinjaman, yang semakin memberatkan beban keuangan perusahaan.
"Jika kondisi ini terus berlanjut, banyak perusahaan kita akan mengalami kebangkrutan," ujar Chemezov, seperti yang dikutip dalam sebuah laporan.
"Meskipun penjualan senjata, yang menjadi salah satu sumber pendapatan utama, tidak cukup untuk menutupi utang yang semakin besar akibat suku bunga yang sangat tinggi."
Beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan besar berusaha untuk memanfaatkan periode suku bunga rendah untuk membeli bisnis dari perusahaan-perusahaan Barat yang mundur akibat sanksi internasional.
Setelah invasi ke Ukraina, suku bunga Rusia sempat melonjak tajam menjadi 20%, namun kemudian kembali turun ke angka 7,5%, mendorong perusahaan untuk meminjam lebih banyak dana.
Perusahaan-perusahaan di Rusia mulai membeli aset lokal dari perusahaan Barat yang menarik diri dari pasar Rusia dan berinvestasi dalam program substitusi impor.
Namun, dengan adanya ekspektasi suku bunga yang lebih rendah, banyak perusahaan bergegas untuk mengambil pinjaman dengan suku bunga mengambang yang kini menjadi lebih tinggi akibat kebijakan Bank Sentral Rusia.
Porsi pinjaman dengan suku bunga mengambang ini semula hanya 20% dari total pinjaman, namun pada pertengahan 2023, porsi tersebut melonjak menjadi 44%.
Hal ini mencerminkan harapan bahwa suku bunga akan tetap rendah atau stabil. Namun, baru-baru ini Bank Sentral Rusia menaikkan suku bunga acuan ke level tertinggi sepanjang sejarah, mencapai 21%, untuk mengendalikan inflasi yang melonjak.
Banyak perusahaan sekarang terperangkap dalam utang yang semakin sulit dilunasi, dengan banyak dari mereka bergantung pada pinjaman baru untuk membayar pinjaman yang lebih lama. Namun, dengan suku bunga yang terus meningkat, opsi ini menjadi tidak lagi terjangkau.
Angka kebangkrutan perusahaan di Rusia telah meningkat lebih dari 20% dalam sembilan bulan pertama tahun ini, dan diperkirakan akan terus naik.