Penggunaan Rudal Jarak Jauh AS oleh Ukraina Bisa Menandakan Keterlibatan NATO dalam Konflik dengan Rusia

PRESIDEN - Putin Kritik pengunaan rudal jarak jauh oleh ukraina FOTO : int/serambi--

Radarlambar.bacakoran.co - Rusia kembali memberikan peringatan terkait peningkatan pengiriman senjata canggih dari negara-negara NATO ke Ukraina, yang dianggap dapat memperburuk ketegangan dan meningkatkan potensi eskalasi. Peringatan ini menyoroti pengiriman senjata mematikan serta ketidakhati-hatian terhadap isu-isu sensitif yang dianggap sebagai "garis merah" oleh Rusia dalam hal keamanan.

Presiden Vladimir Putin menyatakan bahwa jika Ukraina diberikan izin untuk menggunakan senjata presisi buatan Barat untuk menyerang Rusia, ini akan menjadi indikasi keterlibatan langsung dari negara-negara NATO dalam konflik tersebut.

"Penggunaan senjata presisi jarak jauh yang berasal dari Barat akan mengubah dinamika perang ini," ujar Putin dalam sebuah wawancara dengan media Rusia. "Tentara Ukraina tidak memiliki kemampuan untuk melakukan serangan semacam ini tanpa dukungan intelijen satelit, yang hanya tersedia dari negara-negara Barat seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat, anggota NATO."

Putin juga mengungkapkan bahwa hanya pasukan NATO yang dapat mengoperasikan sistem rudal canggih ini. Oleh karena itu, jika Ukraina menggunakan senjata tersebut, hal itu lebih dari sekadar memberikan izin kepada mereka untuk menyerang—ini mencerminkan keputusan negara-negara Barat untuk terlibat langsung dalam konflik.

"Keputusan seperti itu akan merubah sifat dari konflik ini," tegas Putin. "Jika NATO memutuskan untuk terlibat secara langsung, itu berarti negara-negara tersebut, termasuk AS dan Eropa, akan berada dalam posisi berperang dengan Rusia. Kami akan menentukan langkah-langkah yang sesuai untuk menghadapi ancaman yang muncul."

Pernyataan Putin ini muncul setelah Presiden AS Joe Biden mengungkapkan pada hari Selasa bahwa pemerintahannya tengah mempertimbangkan kemungkinan untuk memberikan izin kepada Ukraina guna menggunakan sistem rudal jarak jauh buatan AS dalam serangan terhadap sasaran di dalam wilayah Rusia. (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan