Mengapa Negara Arab Diam Saat Gaza Dibombardir, Ini Alasannya
Gaza : Negara Arab cenderung lebih diam atau mengeluarkan reaksi yang terbatas ketika Gaza dibombardir. Foto:Freepik--
Palestina, meskipun mendapat dukungan moral dan retorika dari negara-negara Arab, tidak memiliki kekuatan diplomatik yang cukup untuk menggerakkan aksi nyata dari negara-negara Arab. Pemerintahan Palestina terpecah antara Fatah yang menguasai Tepi Barat dan Hamas yang menguasai Gaza, sehingga tidak ada satu suara atau satu posisi yang dapat diajukan secara konsisten di hadapan negara-negara Arab.
Ini membuat negara-negara Arab lebih ragu untuk terlibat langsung dalam konflik, karena mereka tidak ingin terjebak dalam perpecahan internal Palestina yang bisa menghambat upaya diplomatik mereka. Selain itu, ada ketidakpastian mengenai bagaimana konflik ini bisa diselesaikan secara adil, mengingat situasi di Gaza yang semakin rumit dan kurangnya kesepakatan di antara pemimpin Palestina itu sendiri.
6. Taktik Diplomatik yang Lebih Halus
Beberapa negara Arab mungkin memilih untuk mengutuk serangan Israel secara publik tetapi lebih mengutamakan pendekatan diplomatik yang lebih halus di balik layar. Mereka mungkin berusaha untuk mengatasi konflik melalui saluran diplomatik dengan tekanan internasional, termasuk PBB atau melalui negosiasi langsung dengan negara-negara besar yang memiliki pengaruh terhadap Israel. Taktik ini, meskipun kurang mencolok, bertujuan untuk menghindari eskalasi konflik lebih lanjut dan tetap menjaga stabilitas regional.
Meskipun banyak negara Arab berbicara tentang solidaritas dengan Palestina, mereka cenderung lebih diam atau mengeluarkan reaksi yang terbatas ketika Gaza dibombardir. Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari faktor politik, ekonomi, dan diplomatik yang saling terkait, termasuk perpecahan internal di dunia Arab, hubungan pragmatis dengan Israel dan negara-negara Barat, serta tekanan internasional.
Dalam konteks yang lebih luas, negara-negara Arab sering kali lebih memilih pendekatan yang hati-hati dan tidak mengarah pada konfrontasi langsung dengan Israel, meskipun solidaritas terhadap Palestina tetap ada dalam bentuk kritik diplomatik dan bantuan kemanusiaan.(*)