Wae Rebo, Surga Tersembunyi di Timur Indonesia

Desa adat Wae Rebo. -foto _ net.--

Radarlambar.Bacakoran.co - Terletak di Kecamatan Satarmese Selatan, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Wae Rebo merupakan desa adat yang menyimpan harmoni antara budaya dan alam.

Berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, desa ini sering diselimuti kabut, menciptakan pemandangan magis yang menyerupai negeri di atas awan. Keunikan arsitektur dan kehidupan tradisional masyarakatnya menjadikan Wae Rebo sebagai destinasi wisata budaya yang menarik bagi banyak orang.

Desa Wae Rebo lebih dikenal dengan keunikan rumah adat yang berbentuk kerucut atau Mbaru Niang. Rumah-rumah ini telah bertahan selama lebih dari satu milenium, melewati 20 generasi. Struktur unik dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya membuat desa ini mendapat pengakuan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012, mengungguli nominasi dari puluhan negara lainnya. Nama "Wae" dalam bahasa Manggarai berarti “air”, sedangkan “Rebo” mencerminkan identitas khas desa tersebut.

Sebelum pandemi Covid-19, Wae Rebo menjadi salah satu tujuan wisata favorit baik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun, pembatasan perjalanan pada tahun 2020 sempat menghentikan kunjungan wisatawan. Meski demikian, daya tarik alam dan kekayaan budaya desa ini tetap menjadi pesona yang sulit untuk dilupakan.

Menurut kisah turun-temurun, leluhur masyarakat Wae Rebo berasal dari Minangkabau. Seorang perantau bernama Empo Maro meninggalkan tanah kelahirannya di Sumatera dan berlayar ke Labuan Bajo demi menghindari ancaman yang mengusik kehidupannya. Dalam perjalanannya, ia singgah di berbagai tempat, termasuk Gowa, Sulawesi.

Suatu malam, Empo Maro bermimpi bertemu seorang tetua yang memberikan petunjuk agar ia menetap dan membangun komunitas di suatu tempat tertentu. Mengikuti arahan tersebut, ia bersama istrinya melakukan perjalanan panjang hingga menemukan lokasi yang kini dikenal sebagai Wae Rebo. Dari sinilah kehidupan masyarakat desa ini berakar dan berkembang hingga saat ini.

Keunikan Wae Rebo terletak pada rumah adatnya yang berbentuk kerucut menyerupai lumbung. Setiap rumah memiliki lima tingkat dengan atap yang terbuat dari daun lontar dan ijuk. Rumah-rumah ini disusun mengelilingi batu melingkar yang disebut Compang, yang menjadi pusat kegiatan adat serta melambangkan hubungan manusia dengan alam, leluhur, dan Sang Pencipta. Tak hanya sebagai peninggalan budaya yang bernilai tinggi, arsitektur Mbaru Niang juga menawarkan daya tarik visual yang memesona.

Dikelilingi perbukitan hijau, hutan tropis, serta kabut tipis yang melayang di pagi hari, keindahan alam Wae Rebo memberikan pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana pedesaan yang masih alami. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika desa ini sering dijuluki sebagai “Surga Tersembunyi di Timur Indonesia”.

Agar perjalanan ke Wae Rebo lebih nyaman, beberapa persiapan perlu diperhatikan. Membawa bekal makanan dan camilan dapat menjadi pilihan yang tepat selama perjalanan. Selain itu, penting untuk membawa air minum yang cukup, minimal satu liter, untuk menghindari dehidrasi selama pendakian. Mengingat suhu di desa cukup dingin, terutama di malam hari, penggunaan jaket tebal sangat disarankan.

Cuaca yang kerap berubah juga mengharuskan wisatawan membawa jas hujan sebagai langkah antisipasi. Medan yang cukup menantang menuntut penggunaan alas kaki yang nyaman, seperti sepatu atau sandal gunung. Jika memiliki kondisi kesehatan tertentu, membawa obat-obatan pribadi adalah keputusan yang bijak. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat setempat dapat memberikan pengalaman yang lebih berkesan.

Membawa mainan kecil atau camilan untuk anak-anak desa bisa menjadi cara sederhana namun berarti untuk menjalin hubungan yang hangat dengan mereka. Wae Rebo bukan hanya sekadar destinasi wisata, tetapi juga simbol ketahanan budaya dan kearifan lokal yang terus dilestarikan. Keindahan alam, keunikan arsitektur, serta sejarah yang kaya menjadikan desa ini sebagai salah satu permata tersembunyi di Nusa Tenggara Timur.

Mengunjungi Wae Rebo bukan sekadar menikmati panorama menakjubkan, tetapi juga memahami dan merasakan kehidupan tradisional yang tetap terjaga hingga kini.(*/yayan)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan