Warga Gunungkidul Konsumsi Belalang, Rasanya Dikatakan Mirip Udang dengan Harga Rp190.000 per Kg
Belalang Goreng. Foto Dok/Net --
Radarlambar.bacakoran.co - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, baru-baru ini mengusulkan penggunaan serangga sebagai alternatif menu Makan Bergizi Gratis di berbagai daerah. Salah satu serangga yang telah menjadi makanan tradisional adalah belalang, yang sudah lama dikonsumsi di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selain belalang, ulat juga menjadi makanan populer di daerah ini. Bahkan di Papua, ulat sagu menjadi makanan sehari-hari bagi sebagian masyarakat.
Di Gunungkidul, belalang bukanlah makanan asing. Rasanya yang gurih dan mirip udang seringkali membuat orang ketagihan. Belalang di wilayah ini biasanya dimasak dengan cara digoreng biasa atau menggunakan bumbu bacem sebelum digoreng. Yuni, seorang warga dari Kalurahan Gading, Kecamatan Playen, mengungkapkan bahwa ia sering menggoreng belalang, khususnya saat musim padi hendak dipanen. Saya sering memasak belalang dami, yang didapat dari tetangga yang berburu di sawah, katanya. Belalang jenis ini, yang disebut dami karena biasa ditemukan di batang daun padi, dijual dengan harga sekitar Rp30.000 hingga Rp50.000 per botol ukuran 500 ml.
Namun, berburu belalang dami tidaklah mudah. Belalang hanya bisa didapatkan antara waktu maghrib hingga isya. Mereka bersembunyi di balik daun, jadi harus jeli mencarikannya, lanjut Yuni. Setelah dikumpulkan, belalang tersebut dibersihkan dari kotorannya sebelum digoreng, seringkali dengan bumbu bacem yang menjadi favorit keluarga.
Trisna, warga lainnya dari Putat, Kecamatan Patuk, juga mengungkapkan kebiasaannya menggoreng belalang dami karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan belalang kayu yang dijual di pusat oleh-oleh dengan harga mencapai Rp190.000 per kilogram setelah dibersihkan. Belalang kayu sangat mahal karena sulit didapatkan. Kini banyak yang diperoleh dari Purworejo atau daerah lain, karena di Gunungkidul sudah jarang ditemukan, ungkap Trisna.
Samirah, seorang warga usia lanjut dari Putat, Patuk, menambahkan bahwa konsumsi belalang sudah ada sejak lama. Dulu, ketika ayah saya pulang dari sawah, ia membawa belalang yang kemudian dimasak oleh ibu saya, katanya. Namun, Samirah mengingatkan bahwa tidak semua jenis belalang dapat dikonsumsi, karena ada yang bisa menimbulkan reaksi alergi seperti gatal-gatal. Selain itu, belalang jenis Walang Sangit yang berbau menyengat dan Walang Gambuh yang menyebabkan gatal-gatal, tidak dikonsumsi oleh masyarakat.
Meski belalang kaya akan protein, konsumsi belalang tetap perlu diperhatikan bagi mereka yang memiliki alergi terhadap serangga ini.(*)