Mengapa Bulan Februari Lebih Singkat dari Bulan Lainnya? ini Alasannya

Ilustrasi. Alasan Februari lebih singkat dari bulan lainnya. Foto/Net--
Radarlambar.bacakoran.co- Februari adalah bulan yang paling singkat dalam setahun, dengan 28 hari pada tahun biasa dan 29 hari pada tahun kabisat.
Ini berbeda dengan bulan-bulan lainnya yang memiliki 30 atau 31 hari. Penyebab utama kenapa Februari lebih pendek berkaitan dengan sejarah pembagian tahun.
Pada awalnya, kalender Romawi hanya terdiri dari 10 bulan, yang didasarkan pada tahun pertanian. Tahun dimulai pada bulan Maret dan berakhir pada bulan Desember, dengan dua bulan musim dingin tidak dihitung dalam kalender.
Namun, pada sekitar 731 SM, Raja Numa Pompilius menambahkan dua bulan baru—Januari dan Februari—untuk menyelaraskan kalender dengan siklus bulan. Dengan demikian, tahun kalender Romawi menjadi 355 hari.
Namun, masalah muncul karena Bumi membutuhkan waktu sedikit lebih lama dari 355 hari untuk mengelilingi Matahari. Untuk mengatasi ketidaksesuaian ini, bulan Marcedonius yang lebih panjang ditambahkan secara berkala. Tahun tersebut bisa mencapai 377 atau 378 hari.
Kemudian, pada tahun 45 SM, Kalender Julian diperkenalkan oleh Julius Caesar dengan panjang tahun 365 hari. Kalender ini menambahkan satu hari setiap empat tahun untuk mengatasi perbedaan antara tahun kalender dan tahun astronomi, yang dikenal sebagai tahun kabisat. Namun, kesalahan kecil tetap ada karena Bumi membutuhkan sedikit waktu lebih dari 365 hari untuk mengorbit Matahari.
Pada abad ke-16, Kalender Gregorian diperkenalkan oleh Paus Gregorius XIII untuk memperbaiki kesalahan dari Kalender Julian. Kalender ini menetapkan aturan bahwa tahun abad hanya akan menjadi tahun kabisat jika dapat dibagi 400, seperti tahun 2000. Selain itu, sepuluh hari dihapus dari kalender pada tahun 1582 untuk mengatasi ketidaksesuaian yang sudah ada, yang menyebabkan tanggal setelah 4 Oktober langsung menjadi 15 Oktober.
Dengan sistem ini, kalender yang digunakan saat ini dapat tetap selaras dengan musim dan pergerakan Bumi mengelilingi Matahari. Penjelasan ini disampaikan oleh Helen Parish, seorang profesor sejarah di Universitas Reading, seperti yang dikutip dalam artikel di The Conversation.(*)