Di Era Prabowo Gaji Petani Milenial Bisa Tembus Rp 20 Juta, Ini Caranya
Ilustrasi petani menanam padi. Foto. Freepik--
Radarlambar.bacakoran.co- Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menarik minat generasi muda agar terjun ke sektor pertanian, mengingat jumlah petani yang terus berkurang. Sektor pertanian, yang dahulu menjadi salah satu profesi yang menjanjikan di Indonesia, kini menghadapi tantangan besar akibat minimnya minat dari generasi muda.
Untuk itu, Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menyampaikan bahwa bertani bisa menjadi profesi yang sangat menguntungkan secara finansial, bahkan dapat menghasilkan penghasilan hingga puluhan juta rupiah per bulan.
Sudaryono menjelaskan bahwa para petani milenial yang terlibat dalam sektor pertanian modern dapat meraup pendapatan yang cukup besar. Dalam sebuah contoh, kelompok petani yang terdiri dari 15 orang, dengan hasil panen dan pengelolaan yang optimal, dapat memperoleh penghasilan rata-rata antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per bulan.
Penghasilan ini diperoleh setelah dihitung dengan biaya produksi dan hasil panen yang mereka kelola. Dengan adanya bantuan sarana produksi pertanian dari pemerintah, seperti peralatan dan teknologi, para petani muda kini memiliki peluang besar untuk meraih keuntungan yang signifikan.
Lebih lanjut, Sudaryono menjelaskan bahwa program Brigade Pangan yang dicanangkan oleh pemerintah bertujuan untuk memberdayakan petani milenial di berbagai daerah di luar Pulau Jawa. Program ini melibatkan para pemuda lokal untuk mengelola lahan pertanian di wilayah-wilayah seperti Kalimantan, Sumatera, Papua, dan Sulawesi.
Di daerah-daerah ini, pemerintah tidak hanya mengoptimalkan lahan rawa, tetapi juga melakukan pencetakan sawah baru. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produksi pangan nasional serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi generasi muda di daerah tersebut.
Dengan demikian, petani milenial tidak hanya diharapkan dapat mengelola lahan pertanian yang sudah ada, tetapi juga turut andil dalam mengelola dan memanfaatkan lahan-lahan potensial yang belum terkelola dengan baik.
Namun, Sudaryono juga menyadari bahwa tantangan terbesar yang dihadapi sektor pertanian adalah semakin sedikitnya jumlah petani di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan sektor-sektor lain yang menawarkan lebih banyak pilihan pekerjaan.
Jika dibandingkan dengan beberapa dekade lalu, di era 1960-an dan 1970-an, profesi sebagai petani masih sangat diminati karena pada waktu itu lapangan pekerjaan terbatas, dan pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menjanjikan.
Namun, dengan semakin berkembangnya berbagai sektor pekerjaan lain dan terbatasnya luas lahan pertanian yang ada, sektor pertanian kini menghadapi tantangan besar dalam menarik minat generasi muda untuk terlibat.
Untuk itu, pemerintah berusaha menciptakan program-program yang tidak hanya menawarkan keuntungan finansial, tetapi juga memberikan peluang kerja yang berkelanjutan bagi generasi muda. Melalui berbagai kebijakan dan bantuan yang diberikan, diharapkan sektor pertanian dapat kembali menjadi profesi yang menarik bagi generasi penerus bangsa, serta dapat menjaga ketahanan pangan Indonesia di masa depan.(*)