Thailand Musnahkan 65 Ton Durian Setelah Diterima China karena Terpapar Pewarna Kuning

ILUSTRASI: Thailand menghancurkan 65 ton durian yang ditolak China karena mengandung pewarna terlarang-freepik.com-
RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Thailand baru-baru ini mengubur sekitar 64,7 ton durian yang ditolak oleh China karena terkontaminasi pewarna kuning yang disebut sebagai Basic Yellow 2 (BY2).
Pengujian yang dilakukan oleh Departemen Pertanian Thailand mengonfirmasi adanya kandungan zat pewarna tersebut dalam buah durian yang dikirim untuk ekspor.
Basic Yellow 2 (BY2) adalah pewarna buatan yang digunakan untuk meningkatkan warna kuning durian, yang biasa dilakukan oleh beberapa eksportir untuk meningkatkan daya tarik produk mereka, terutama dalam pasar ekspor.
Pewarna ini telah menjadi sorotan setelah China mengidentifikasi kontaminasi tersebut sebagai alasan penolakan pengiriman.
Rapeepat Chansriwong, Direktur Jenderal Departemen Pertanian Thailand, menyatakan bahwa durian yang terkontaminasi telah dimusnahkan di kantor karantina tumbuhan di Pelabuhan Laem Chabang dan di pos perbatasan Aranyaprathet.
Sebagai respons terhadap kejadian ini, Thailand juga memutuskan untuk menangguhkan izin ekspor bagi 26 pemasok durian yang terlibat dalam pengiriman yang bermasalah tersebut.
Untuk mencegah kejadian serupa, Kementerian Pertanian Thailand berencana memperbarui pedoman ekspor durian mereka.
Pengujian laboratorium yang ketat diterapkan oleh China pada semua impor durian, termasuk dari negara lain seperti Vietnam, setelah penemuan pewarna ini.
Selain itu, hanya laboratorium yang disetujui oleh China yang diizinkan untuk melakukan pengujian terhadap durian impor.
Keputusan ini juga berdampak pada Vietnam, yang sedang dalam pembicaraan dengan China untuk memperluas daftar laboratorium yang disetujui agar proses bea cukai berjalan lebih lancar.
Pada tahun lalu, China menjadi pasar terbesar bagi durian dengan impor mencapai US$6,99 miliar, dengan sebagian besar pasokan berasal dari Thailand dan Vietnam.(*)