Semakin Banyak Lajang, Apakah Cinta Kian Sulit Ditemukan?

Aplikasi kencan tak lagi efektif, banyak orang lajang frustasi. Apa penyebabnya?-freepik.com-
Ketidakseimbangan gender di platform tersebut juga menjadi tantangan—jumlah pria jauh lebih banyak dibanding perempuan, membuat pria merasa diabaikan dan perempuan merasa kewalahan dengan banyaknya pesan yang masuk.
Perubahan Sosial dan Kesenjangan Gender
Tak hanya di dunia digital, kesulitan menemukan pasangan juga dipengaruhi oleh perubahan sosial yang signifikan.
Di berbagai negara, perempuan semakin progresif dalam hal hak-hak mereka, sementara banyak pria masih mempertahankan pandangan yang lebih tradisional.
Kesenjangan ini membuat perempuan lebih selektif dalam memilih pasangan, terutama mereka yang memiliki pendidikan dan karier yang baik.
Hassana, seorang pengacara asal Nigeria, mengaku sulit menemukan pria yang sesuai dengan kriterianya.
Ia percaya bahwa akses internet yang lebih luas telah memberikan kesadaran lebih bagi perempuan akan hubungan yang sehat, membuat mereka lebih berhati-hati dalam memilih pasangan.
Hal serupa juga dirasakan Nazy, seorang perempuan Iran berusia 40 tahun, yang mengalami kesulitan dalam menemukan pasangan yang bisa menerima dirinya sebagai perempuan mandiri dan berpendidikan.
Di banyak negara, jumlah lulusan perempuan kini lebih banyak dibanding laki-laki. Dengan berkurangnya stigma terhadap kehidupan lajang, banyak orang merasa lebih nyaman untuk tetap sendiri dibanding terjebak dalam hubungan yang tidak sehat.
Hiburan Digital Menggantikan Hubungan Nyata
Perubahan gaya hidup juga turut berperan. Meningkatnya hiburan digital, seperti media sosial, gim video, dan layanan streaming, membuat banyak orang lebih memilih menghabiskan waktu sendiri daripada berkencan.
Menurut sosiolog Alice Evans, kencan kini terasa membosankan bagi sebagian orang karena mereka memiliki banyak alternatif hiburan berkualitas tinggi di rumah.
Hal ini memang mengurangi tekanan sosial untuk mencari pasangan, tetapi di sisi lain, kurangnya interaksi antara pria dan perempuan juga berpotensi menghambat perkembangan empati dan pemahaman terhadap perspektif yang berbeda.