Gatot Singkong, Kuliner Tradisional Gunungkidul yang Bertahan di Tengah Zaman

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Gatot singkong merupakan salah satu kuliner tradisional khas Gunungkidul, Yogyakarta, yang memiliki sejarah panjang sebagai makanan alternatif di masa sulit. 

Dahulu, masyarakat setempat mengandalkan makanan ini sebagai pengganti pangan pokok, terutama ketika musim paceklik melanda.

Meskipun kini peminatnya mulai berkurang, gatot singkong masih dapat ditemukan di beberapa toko oleh-oleh di Gunungkidul dan tetap menjadi bagian dari warisan kuliner yang patut dilestarikan.

Gatot singkong dibuat dari singkong yang difermentasi dan dikeringkan, kemudian diolah menjadi makanan siap santap. 

Nama "gatot" sendiri berasal dari istilah lokal yang merujuk pada bahan baku pembuatannya. 

Makanan ini berasal dari sisa bahan pembuatan tiwul yang tidak terpakai, lalu diolah lebih lanjut hingga menjadi produk dengan cita rasa unik.

Makanan ini telah ada sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Gunungkidul. 

Dalam perjalanan sejarahnya, gatot singkong berkembang menjadi salah satu solusi pangan di saat sulit, terutama ketika persediaan beras terbatas.

Gunungkidul dikenal memiliki kondisi tanah yang cenderung kering dan sulit untuk ditanami padi. Oleh karena itu, masyarakat beradaptasi dengan memanfaatkan singkong sebagai bahan pangan utama. 

Dari hasil panen singkong yang melimpah, mereka menciptakan berbagai olahan makanan, termasuk gatot.

Gatot tidak hanya dikonsumsi sebagai makanan pokok pengganti nasi, tetapi juga sering dijadikan camilan sehari-hari. 

Proses pembuatannya melibatkan perendaman singkong kering sebelum dikukus dan disajikan, biasanya dengan tambahan parutan kelapa atau gula merah untuk memperkaya rasa.

Di balik kesederhanaannya, gatot singkong mengandung berbagai nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan.

Makanan ini kaya akan serat, yang berperan penting dalam menjaga sistem pencernaan dan membantu mengontrol kadar gula darah.