Fenomena Penutupan ATM di Indonesia dan Faktor Penyebabnya

Jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Berkurang di Berbagai Lokasi. - Foto Net--

RADARLAMBAR.BACAKORAN.CO - Dalam beberapa tahun terakhir, perbankan di Indonesia mengalami perubahan signifikan dalam layanan mereka. 

Salah satu tren yang mencolok adalah berkurangnya jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di berbagai lokasi. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah mesin ATM di seluruh negeri terus mengalami penurunan seiring dengan pergeseran kebiasaan masyarakat dalam bertransaksi.

 

Penurunan Jumlah ATM

Menurut laporan OJK, pada kuartal IV tahun 2023, jumlah ATM yang tersedia mencapai 91.412 unit, mengalami penurunan sebesar 1.417 unit dibandingkan periode sebelumnya. Tren ini berlanjut hingga pertengahan tahun 2024, dengan jumlah ATM yang semakin menyusut menjadi 91.197 unit. 

Penurunan ini mencerminkan perubahan kebutuhan dan pola transaksi masyarakat yang kini lebih mengandalkan layanan digital.

 

Penyebab Penutupan ATM

Pakar perbankan dan sistem pembayaran, Arianto Muditomo, menjelaskan bahwa pergeseran ini disebabkan oleh beberapa faktor utama. Salah satunya adalah meningkatnya penggunaan layanan perbankan digital seperti mobile banking dan aplikasi finansial. Kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan oleh layanan digital membuat banyak nasabah beralih dari transaksi tunai ke metode digital.

Selain itu, biaya operasional yang tinggi untuk pemeliharaan mesin ATM juga menjadi alasan utama bagi perbankan untuk mengurangi jumlah mesin yang tersedia. Dari perspektif bank, pemeliharaan dan investasi dalam ATM memerlukan sumber daya yang besar, sementara adopsi teknologi digital menawarkan solusi yang lebih ekonomis dan efisien.

 

Dampak dan Adaptasi Bank

Meskipun jumlah ATM terus berkurang, layanan ini tetap menjadi kebutuhan bagi sebagian masyarakat, terutama di daerah yang belum memiliki akses internet yang stabil. Oleh karena itu, perbankan dituntut untuk tetap menyediakan akses tunai yang mudah dijangkau bagi nasabah yang masih membutuhkan.

Beberapa bank besar di Indonesia, seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI), telah mengambil langkah strategis untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ini. BRI, misalnya, telah mengembangkan jaringan agen BRILink untuk menggantikan layanan perbankan fisik. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan